LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA
ORGANIK
Judul :
Sintesis Paranitroasetanilida
Tujuan Percobaan : 1. Membuiat asetanilida dari reaksi
antara anilin dengan asetat anhidrida
2. Mengenal dan mampu melakukan proses
pemurnian dengan rekristalisasi
3. Mengenal reaksi nitrasi
Latar Belakang
Senyawa p-nitroasetanilida merupakan
senyawa turunan asam karboksilat yang termasuk dalam golongan amida sekunder
(RCONHR’). Beberapa nama lain dari p-nitroasetanilida antara lain
N-(4-nitrofenil) asetamida, p-asetamidonitrobenzen,
N-Acetyl-4-nitroaniline. Senyawa
ini berbentuk kristal
prisma yang berwarna kuning pucat. Dalam industri, p-nitroasetanilida,
digunakan sebagai bahan baku untuk mensistesis p-nitroanilina, yang umum
digunakan sebagai zat pewarna. Jika diamati struktur molekulnya, maka akan terlihat bahwa gugus yang
terikat pada atom N (R’) mengandung inti benzena. Kedua substituen
pada senyawa ini adalah gugus –NO2 (gugus nitro) dan gugus –NHCOCH3 (gugus asetilamina). Senyawa p-nitroasetanilida ini
memiliki 2 buah isomer posisi, yaitu: o-nitroasetanilida dan
m-nitroasetanilida. Dalam keadaan padat,
suatu isomer para (p) lebih simetris dan dapat
membentuk kisi kristal yang lebih teratur jika dibandingkan dengan kedua isomer lainnya.
Secara umum, p-nitroasetanilida dibuat
dengan jalan mereaksikan asetanilida bersama
asam sulfat pekat, asam nitrat pekat, dan asam asetat glasial. Di sini, asam sulfat pekat berfungsi sebagai
pembentuk ion nitronium (NO2+)
yang dapat menyerang molekul asetanilida untuk menghasilkanmolekul p-nitroasetanilida.
Mekanisme penyerangan oleh ion nitronium inilah yang dikenal dengan proses reaksi nitrasi.
Senyawa p-nitroasetanilida berbentuk kristal (padat), sehingga proses pemurniannya dilakukan dengan cara kristalisasi dan rekristalisasi.
Mekanisme Reaksi
Alat
Labu alas bulat, set alat refluks,
batang pengaduk, beaker glass, erlenmeyer 250 ml dan 100 ml, gelas ukur 10
ml, corong buchner, kertas saring, vacuum pump, corong biasa, cawan petri.
Bahan
Minyak gondopuro, NaOH 5 N, asam sulfat
2 M, asam asetat anhidrida, asam sulfat pekat, aquades, alkohol 96 %, besi (III) klorida.
Cara Kerja
-
Skema kerja
1.
Sisntesis Asetanilida
2.
Rekristalisasi Asetanilida
3.
Sintesis para nitro asetanilida
-
Prosedur kerja dalam bentuk paragraf
1. Sintesis Asetanilida
Masukkan 20.5 g
anilin, 21.5 g asetat anhidrida, 0.1 g abu zink dan 21 g asam asetat glasial
kedalam labu alas bulat 500 mL yang dilengkapi dengan pendingin. Campuran
direfluks selama 30 menit, kemudian tuangkan sambil diaduk secara cepat
kedalam gelas piala yang berisi air es. Kristal yang terbentuk disaring
dengan penyaring Buchner penghisap dan dicuci dengan air dingin. Hasilnya
dikeringkan. Tentukan titik leburnya.
2. Rekristalisasi Asetanilida
Pelarutan sampel. Hitung jumlah volume minimum
air panas untuk melarutkan 5,0 g crude asetanilida. Masukkan sample ke dalam
erlenmeyer 500 ml, tambahkan sejumlah air (dari hasil perhitungan), panaskan
hingga larut. Kemudian tambahkan kurang lebih 20 % air (kondisi berlebih).
Larutan crude asetanilida dibiarkan dingin, kemudian tambahkan sejumlah karbon
aktif (1 sendok spatula). Aduk campuran kemudian panaskan kurang lebih 2
menit.
Siapkan erlenmeyer 500 ml dan corong yang sudah
dihangatkan/dipanaskan. Atur kertas saring pada corong. Saring larutan
asetanilida, kemudian cuci endapan karbon dengan air panas 5 ml. Dinginkan filtratnya dengan pelan-pelan memasukkan kedalam penangas air
es. Bila setelah pendinginan selama 25 menit tidak muncul kristal, maka gores-goreskan
dinding erlenmeyer untuk merangsang terbentuknya kristal.
Siapkan corong Buchner (lengkap dengan kertas
saring kering yang sudah ditimbang).
Lakukan filtrasi/penyaringan. Cuci kristal pada corong Buchner dengan
sedikit air dingin.
Letakkan kristal pada gelas arloji. Keringkan
pada suhu 100 0C sekitar 5-10 menit. Timbang bobot kristal asetanilida murni. Lakukan pengukuran titik lebur
dan bandingkan dengan titik lebur crude
asetanilida.
3. Sintesis para nitro asetanilida
Masukkan 4 g asetanilid ke dalam labu erlenmeyer 100 ml. Tambahkan ke
dalamnya 1 ml asam asetat glasial dan 2 ml asam sulfat pekat. Dinginkan labu
dalam air es.
Sementara itu dalam labu erlenmeyer 100 ml lain yang terpisah, campur
hati-hati masing-masing 0.5 ml asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat
kemudian dinginkan labu dalam air es.
Teteskan campuran nitrasi ini tetes demi tetes ke dalam labu erlenmeyer
yang berisi asetanilid sambil diaduk dan temperatur dijaga agar tidak lebih
dari 10˚C. Apabila penetesan telah selesai keluarkan labu dari air es dan
biarkan selama 1 jam. Setelah itu tuangkan ke dalam gelas
beker 250 ml yang berisi 25 ml air dan beberapa potong es. Aduk perlahan-lahan,
kristal p-nitroasetanilid akan memisah dan biarkan selama 15 menit. Saring
kristal dengan corong buchner, cuci beberapa kali dengan air es kemudian
lakukan rekristalisasi dengan etanol. Keringkan di oven pada temperatur 100oC,
timbang dan tentukan titik lelehnya.
Waktu yang dibutuhkan
Hari Kamis tanggal 17 November 2011: Sintesis
Asetanilida ± 3 jam
Hari Jum’at tanggal 18 November 2011:
Uji titik lebur ±
10 menit
Hari Kamis tanggal 24 November 2011: Rekristalisasi
Asetanilida ± 3 jam
Hari Jum’at tanggal 25 November 2011 :
Sintesis paranitro asetanilida ± 2,5 jam
Hari Senin tanggal 28 November 2011 :
Penimbangan dan uji titik lebur ± 10 menit
Data dan Perhitungan
Tititk leleh 1 = 116 0C
Tititk leleh 2 = 110 0C
1. Perhitungan aetanilida
anhidrida asetat: Mr=102.09 gr/mol dan
massa jenisnya 1.08
anilin: Mr=93.3 gr/mol dan massa
jenisnya 1.0216
asetanilida: Mr=135 gr/mol
anilin + asetat anhidida asetanilida + asam
asetat
mula-mula 0.220 0.210
reaksi 0.210 0.210 0.210 0.210
sisa 0.010 - 0.210 0.210
massa asetanilida = n x Mr
= 0.210 mol x
135 gr/mol
= 28.35 gr
Rendemen: 23.437/28.35 x 100%
= 82.67%
2. Perhitungan p-nitroasetanilida
Asetanilida: massa=1 gr, Mr=135 gr/mol
Asam nitrat: Volume=0.5 ml, massa
jenis=1.408, massa=0.704 gr, Mr=63 gr/mol
Asam sulfat: volume=0.5 ml, massa
jenis=1.84, massa=0.92 gr, Mr=98.08 gr/mol
asetanilida + asam nitrat p-nito asetanilida
mula-mula 0.007 0.0112
reaksi 0.007 0.007 0.007
sisa - 0.0042 0.007
massa asetanilida = n x Mr
= 0.007 mol x
180 gr/mol
= 1.26 gr
Rendemen: 0.8847/1.26 x 100%
= 70.214%
Hasil
Sintesis Asetanilida : Hari Kamis
tanggal 17 November 2011
·
Waktu untuk variasi lama refluks ± 30 menit
·
Waktu untuk kristalisasi ± 30 menit
·
Waktu untuk filtrasi dengan corong buchner ± 15 menit
Rekristalisasi Asetanilida : Hari
Kamis tanggal 24 November 2011
·
Waktu pendinginan ±
30 menit
Sintesis para nitro asetanilida : Hari
Jum’at tanggal 25 November 2011
·
Waktu ketika proses nitrasi asetanilida ± 1 jam
·
Waktu kristalisasi ketika endapan memisah dengan larutan ± 1 jam
Hari Senin tanggal 28 November 2011
·
Waktu penimbangan ±
10 menit
Foto atau gambar yang terkait dengan percobaan sintesis paranitroasetanilid
Sampel yang suda dikeringkan,
dimasukkan dalam Erlenmeyer 500 ml dan ditambahkan air panas sesuai
perhitungan hingga tepat larut sambil dipanaskan
Kemudian ditambah kurang lebih
20% air dan dibiarkan dingin kemudian ditambah sejumlah karbon aktif dan
dipanaskan kembali.
20.5 g anilin, 21.5 g asetat
anhidrida, 0.1 g abu zink dan 21 g asam asetat glasial dimasukkan kedalam labu alas bulat 500 mL, kemudian di refluks selama 30
menit
kemudian dituang sambil diaduk secara cepat kedalam gelas piala yang
berisi air es.
Siapkan Erlenmeyer 500 ml dan corong yang suda dipanaskan , endapan
dicuci dengan air panas 5 ml
Residu yang ada di kertas
saring dipanaskan kembali sampai mencair dan kemudian kembali disaring
Dinginkan
filtratnya dalam penangas air es
Dilakukan filtrasi dengan
menggunakan corong Buchner
Pembahasan Hasil
Percobaan
ini mempelajari tentang sintesis p-nitroasetanilid. Asetanilida merupakan
senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer,
dimana satu atom hidogen pada anilin digantikan dengan satu gugus asetil.
Asetanilida dapat dibuat dari asam asetat anhidrid dengan anilin. Mekanisme
reaksi pembuatan asetanilida disebut juga dengan reaksi asilasi amida yang
diberikan oleh Fessenden. Pada
awalnya anilin akan bereaksi dengan asam asetat menbentuk suatu amida dalam
keadaan transisi, kemudian diikuti dengan reduksi H2O membentuk
asetanilida.
Anilin
20.5 gr ditambahkan dengan 21.5 gr asetat anhidrida. Asetat anhidrida digunakan
untuk asetilasi gugus amino dari senyawa anilin. Penambahan 0.1 gr abu zink
digunakan sebagai katalis untuk mempercepat reaksi. Penambahan asam asetat
glasial 21 gr digunakan untuk
mengkondisikan suasana asam karena pada suasana asam ini dapat menghidrolisa
senyawa turunan diasetil yang terbentuk menjadi senyawa turunan monoasetil
sehingga asam asetat glasial ini dapat mencegah terjadinya reaksi samping
senyawa turunan diasetil. Setelah penambahan reagen, campuran reagen–reagen
tersebut direfluks selama 30 menit. Refluks sendiri dilakukan untuk pemanasan
selama proses reaksi berlangsung namun tetep menjaga kesetimbangan uap cair
karena cairan yang menguap akan mencair kembali dan seterusnya secara kontinu
sehingga tidak perlu dilakukan penambahan larutan untuk mereaksikan
senyawa–senyawa tersebut karena jika ditambahkan larutan maka sulit dalam
melakukan kristalisasi karena banyaknya jumlah pelarut yang digunakan.
Berbeda jika dilakukan refluks karena akan terjadi reaksi secara kontinu dari
refluks yang akan menguap dan mencair kembali. Tahap selanjutnya kristalisasi
dengan menempatkan larutan hasil refluks ke dalam gelas piala yang berisi es.
Kristal yang terbentuk karena proses pendinginan di bawah titik beku kemudian
disaring dengan menggunakan corong buchner dan dicuci dengan air dingin.
Setelah
proses kristalisasi selesai dan hasilnya dikeringkan di dalam oven,kemudian
hasil tersebut disebut crude asetanilida. Crude asetanilida dilarutkan dengan
sejumlah minimum air panas (tepat larut) kemudian ditambah sejumlah air dan
dipanaskan hingga larut. Larutan crude tersebut dibiarkan dingin dan
ditambahkan sejumlah karbon aktif (1 sendok spatula), diaduk dan dipanaskan.
Larutan tersebut kemudian disaring dan endapan karbon dicuci dengan air
panas. Proses penyaringan dilakukan dalam keadaan panas agar tidak terbentuk
kristal kembali. Filtrat yang diperoleh didinginkan dalam penangas es hingga
terbentuk kristal. Kristal yang terbentuk disaring dengan menggunakan corong
buchner dan endapan dicuci dengan air dingin. Kristal yang diperoleh
dikeringkan dalam oven.
Sintesis
para nitro asetanilida dilakukan dengan menambahkan tetes demi tetes campuran
asam sulfat pekat dan asama nitrat pekat pada larutan asetanilida yang
sebelumnya ditambah asam asetat glasial dan asam sulfat pekat. Pada saat
campuran asam sulfat pekat dan asam nitrat pekat dicampurkan harus dalam
keadaan dingin karena reaksi ini dapat menghasilkan panas karena reaksi
eksotermik dengan jumlah energi yang cukup besar sehingga untuk
meminimalisasi resiko yang mungkin terjadi maka pencampuran dilakukan dalam
keadaan dingin. Alasan yang sama juga terjadi dalam penambahan asetanilida
dengan asam asetat glasial dan asam sulfat pekat.
Setelah
tetes demi tetes campuran asam nitrat dan asam sulfat pekat ditambahkan dalam
larutan asetanilida dalam kondisi dingin dan dijaga agara temperaturnya tidak
lebih dari 100 C. kondisi yang dingin diperluan untuk
meminimalisasi resiko yang terjadi mengingat reagen–reagen yang digunakan
cukup berbahaya karena menghasilkan panas akibat reaksi eksotermik dengan
jumlah energi yang cukup besar. Setelah penetesan selesai barulah labu
dikeluarkan dari penangas es dan biarkan selama 1 jam. Hal tersebut dilakukan
agar proses nitrasi pada asetanilida dapat berlangsung sempurna. Setelah
dibiarkan selama 1 jam ditambahkan air dan beberapa potong es, diaduk, dan
dibiarkan selama 15 menit.
Anilin
dapat mengalami reaksi substitusi baik pada cincin aromatis maupun pada gugus
amina, misalnya reaksi substitusi elektrofilik asetilasi. Asetilasi dapat
dilakukan dengan asetil klorida atau dengan anhidrida asetat dalam suasana
basa. Penambahan anhidrida asetat berlebih dan pemanasan dilakukan dalam
waktu yang lama, maka sejumlah senyawa turunan diasetil akan terbentuk.
Tetapi senyawa ini kurang stabil dalam suasana berair dan akan mengalami
hidrolisis menghasilkan senyawa turunan monoasetil. Asetinilida berbentuk
butiran berwarna putih dan larut dalam air dengan bantuan klorat anhidrat.
Kristal
p–nitroasetanilida akan memisah. Syarat-syarat pelarut dalam proses nitrasi
yaitu mudah menguap, dalam suasana dingin, dan merupakan senyawa polar.
Setelah dibiarkan memisah, kristal yang terbentuk disaring dengan corong
buchner dan dicuci dengan air es. Kristal yang diperoleh direkristalisasi
dengan etanol. Selanjutnya dikeringkan dengan oven dan ditimbang massanya.
Kesimpulan
Dari hasil percobaan sintesis
p-nitroasetanilid dapat diperoleh beberapa kesimpulan diantaranya:
a. HNO3 pada proses nitrasi
berfungsi sebagai pembentukan NO2 atau nitro pada asetanilida
b. Asam asetat glasial berfungsi untuk
mengkondisikan suasana asam pada campuran untuk menghindari terbentuknya
senyawa turunan diasetilasi
c. Anhidrida asetat digunakan untuk
asetilasi gugus amino pada senyawa anilin
d. Syarat pelarut rekristalisasi yaitu
senyawa polar dalam keadaan dingin dan mudah menguap
e. Berat p-nitroasetanilid yang
diperoleh seberat 0.8847 gr.
Referensi
Anonim. 2011. Asetanilida (online). http//idwikipedia.org, diakses tanggal
3 Desember 2011, pukul 10:00 WIB
Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
Tim Kimia Organik. 2007. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Jember:
UNEJ.
Saran
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar