ENERGI MATAHARI,
SUMBER ENERGI ALTERNATIF YANG EFISIEN, HANDAL DAN RAMAH LINGKUNGAN DI INDONESIA
Saat
ini kebutuhan energi, khususnya energi listrik (energi listrik adalah energi
yang mudah dikonrversikan ke dalam bentuk energi yang lain) terus meningkat
dengan pesat, bahkan di luar perkiraan. Hal ini sudah selayaknya sebagai dampak
meningkatnya seluruh aktivitas kehidupan yang menggunakan energi listrik.
Selama
ini kebutuhan energi bahkan kebutuhan dunia masih mengandalkan minyak bumi
sebagai penyangga utama kebutuhan energi. Sementara itu tidak dapat dihindarkan
bahwa sumber energi ini semakin langka dan mahal harganya. Bagi Indonesia
masalah energi menjadi lebih penting lagi artinya dan perlu mendapatkan
penanganan yang khusus karena :
• Kurang lebih
80 % kebutuhan energi di Indonesia dipenuhi oleh minyak bumi (data 2002)
• Harga minyak
dan Konsumsi minyak bumi yang cenderung meningkat dengan pesat setiap tahun.
• Banyaknya
sumber-sumber alternatif di Indonesia yang perlu dikembangkan.
Matahari adalah sumber energi utama
yang memancarkan energi yang luar biasa besarnya ke permukaan bumi. Pada
keadaan cuaca cerah, permukaan bumi menerima sekitar 1000 watt energi matahari
per-meter persegi. Kurang dari 30 % energi tersebut dipantulkan kembali ke
angkasa, 47% dikonversikan menjadi panas, 23 % digunakan untuk seluruh
sirkulasi kerja yang terdapat di atas permukaan bumi, sebagaian kecil 0,25 %
ditampung angin, gelombang dan arus dan masih ada bagian yang sangat kecil
0,025 % disimpan melalui proses fotosintesis di dalam tumbuh-tumbuhan yang
akhirnya digunakan dalam proses pembentukan batu bara dan minyak bumi (bahan
bakar fosil, proses fotosintesis yang memakan jutaan tahun) yang saat ini
digunakan secara ekstensif dan eksploratif bukan hanya untuk bahan bakar tetapi
juga untuk bahan pembuat plastik, formika, dan bahan sintesis lainnya. Sehingga
bisa dikatakan bahwa sumber segala energi adalah energi matahari.
Dalam
keadaan cuaca yang cerah, sebuah sel surya akan menghasilkan tegangan konstan
sebesar 0.5 V sampai 0.7 V dengan arus sekitar 20 mA dan jumlah energi yang diterima
akan mencapai optimal jika posisi sel surya (tegak lurus) terhadap sinar
matahari. Selain itu juga tergantung dari konstruksi sel surya itu sendiri. Ini
berarti bahwa sebuah sel surya akan menghasilkan daya 0.6 V x 20 mA = 12 mW.
Bagi
Indonesia upaya pemanfaatan energi surya mempunyai berbagai keuntungan yang
antara lain adalah :
• Energi ini tersedia dengan jumlah yang besar
di Indonesia.
• Sangat mendukung
kebijakan energi nasional tentang penghematan, diversifikasi dan pemerataan
energi.
• Memungkinkan dibangun
di daerah terpencil karena tidak memerlukan transmisi energi maupun
transportasi sumber energi.
Oleh
karena itu, untuk meningkatkan efisiensi dan mengoptimalkan sinar matahari
diperlukan alat yang mampu mengikuti pergeseran matahari agar posisi modul sel
surya selalu tegak lurus atau bersudut sembilan puluh derajat terhadap posisi
matahari. Sistem kendali itu adalah sistem penjejak matahari (sun seeker). Peralatan
ini menggunakan dua sensor, berupa komponen LDR yang diletakan sedemikian rupa
dan dipisahkan oleh sebuah penguat.
Unsur-unsur
utama dari sistem penjejak matahari ini adalah selisih anatara referens (set)
dengan umpan balik yang merupakan error yang berasal dari dua sel photovolteic
kecil di belakang yang dipisahkan dengan satu layer/tabir. Sel yang dipasang
sedemikian sehingga ketika sensor menghadap matahari, berkas cahaya dari celah
akan menyinari kedua LDR atau cell. LDR atau sel yang sebagai sumber arus dan
yang dihubungkan pembalik polaritas dan menjadi masukan dari suatu Op. Amp.
Jika salah satu LDR atau cell tertutup tabir/layer pemisah maka terdapat
perbedaan arus dari dua sel.
Dan
perbedaan arus tersebut akan diperbesar oleh op amp. Karena arus masing-masing
LDR atau sel adalah sebanding dengan kekuatan penerangan yang menyinari LDR
atau sel, maka ketika cahaya dari celah pemisah tidak terpusat atau bergeser
akan mengakibatkan adanya selisih arus anatara kedua LDR dan itu merupakan
suatu isyarat kesalahan, dan akan menjadi sinyal input dari amplifier, output
dari Op. Amp. Berupa sinyal error tegangan ini selanjutnya menjadi input
servoamplifier, servoamplifier akan memandu sistem kembali ke semula atau tegak
lurus dengan matahari.
dikutip dari : Saiful
Manan.
Program Diploma
III Teknik Elektro. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar