Total Tayangan Halaman

Selasa, 14 Februari 2012


Description: Description: UNEJ Tebal


KULIAH LAPANG DI PTPN XII KEBUN RAYAP RENTENG DAN PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA
(disusun guna memenuhi tugas Mesin dan Peralatan Tanaman Perkebunan)



Laporan



Oleh:
Hadiyatur Rahmah
NIM 091710201036






JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Karet, kopi dan kakao merupakan komoditi perkebunan yang sangat dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia, barang dan pangan. Adapun barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet. Sedangkan kopi dan kakao dibutuhkan oleh manusia sebagai bahan pangan antara lain pembuatan coklat, kopi, kue dan sebagainya. Selain sebagai bahan pangan, kopi dan kakao juga dimanfaatkan di dalam bidang industry, misalnya saja dalam pembuatan kosmetik.
Kriteria mutu dari ketiga komoditi perkebunan tersebut sangat ditentukan oleh perlakuan pada setiap tahapan proses produksinya. Dimana tahapan proses pengolahan dan spesifikasi alat dan mesin yang digunakan yang menjamin kepastian mutu harus didefinisikan secara jelas.
Oleh karena itu, mahasiswa Teknik Pertanian yang menempuh mata kuliah  Mesin dan Peralatan Perkebunan mengadakan kuliah lapang ke kebun Renteng Jember dan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jenggawah Jember. Untuk mengetahui macam-macam tanaman perkebunan, proses pengolahannya, dan peralatan (mesin-mesin) yang digunakan untuk pengolahan kopi dan kakao, dan proses pengolahan karet mulai dari pemrosesan pada bagian awal sampai pada pemrosesan bagian akhir.

1.2  Tujuan
Kuliah lapang ini bertujuan agar :
a.         Mahasiswa dapat mengetahui proses pengolahan karet dari awal penerimaan bahan hingga akhirnya menjadi produk.
b.        Mahasiswa dapat mengetahui mesin dan peralatan yang digunakan di PTPN XII Kebun Renteng Jember.
c.         Mahasiswa dapat mengetahui proses pengolahan kopi dan kakao di Puslit Jenggawah Jember
d.        Mahasiswa dapat mengetahui mesin dan peralatan yang digunakan untuk proses pengolahan kopi dan kakao.
e.         Mahasiswa dapat membandingkan antara teori dalam kuliah dan kenyataan dalam lapang tentang proses pengolahan serta alat dan mesin yang digunakan.



























BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Karet     
2.1.1 Morfologi Tanaman Karet                                                                                    
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti: Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica (family moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran.
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. 
Jadi, jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran bij besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Lebih lengkapnya, struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut; Divisi: Spermatophyta, Subdivus: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea Brasiliensis  (Nazaruddin,1999)
2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Tanaman Karet
Karet alam memiliki banyak manfaat dalam kehidupan manusia yang diolah sesuai dengan keperluannya. Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umunya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha industri seperti mesin penggerak. Ban kendaraan sepeda motor, mobil hingga pesawat terbang umumnya terbuat dari karet alam. Karet sering pula dipasang di pintu, kaca pintu, kaca mobil dan di peralatan lainnya.
Disamping kelebihannya, karet alam juga memiliki kelemahan dalam penggunaannya, Kelemahan karet alam terletak pada keterbatasannya dalam memenuhi kebutuhan pasar. Saat pasar membutuhkan pasokan tinggi, para produsen karet alam tidak bisa menggenjot produksinya dalam waktu singkat, sehingga harganya cenderung tinggi. ( Setiawan D,H,. 2008 )

2.2 Tanaman Kopi
2.2.1 Sejarah Kopi
Tumbuhan kopi diperkirakan berasal dari hutan-hutan tropis di kawasan Afrika. Kopi Arabika berasal dari kawasan pegunungan tinggi di Barat Ethiopia maupun di kawasan utara Kenya, kopi robusta di Ivory Coast dan Republik Afrika Tengah. Hal ini membuktikan bahwa tumbuhan kopi mudah beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya (Siswoputranto, 1992). 
Di Indonesia tanaman kopi diperkenalkan pertama kali oleh VOC pada periode antara tahun 1696-1699. Tanaman kopi mula-mula hanya bersifat coba-coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup menguntungkan sebagai komoditi perdagangan, maka VOC menyebarkan ke berbagai daerah agar penduduk menanamnya (Najiyati dan Danarti, 1997).
2.2.2 Pengolahan Kopi
Pengolahan buah kopi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu cara basah dan cara kering. Pengolahan secara basah biasanya memerlukan modal yang lebih besar, tetapi lebih cepat dan menghasilkan mutu yang lebih baik (Najiyati dan Danarti, 1997).
1.                  Pengolahan Basah
            Pada prinsipnya pengolahan kopi secara basah, karena dalam prosesnya banyak menggunakan air. Mutu kopi yang dihasilkan cara ini pada umumnya baik dan prosesnya cepat. Cara pengolahan kopi basah dapat dilakukan dengan cara tradisional dan modern (Setyohadi, 2007).
2.      Pengolahan Kering
Pengolahan cara kering tujuannya untuk jenis Robusta, karena tanpa fermentasi sudah dapat diperoleh mutu yang baik. Dan untuk kopi jenis Arabika sebaiknya dilakukan cara basah. Diperkebunan besar pengolahan secara kering hanya digunakan untuk mengolah kopi yang berwarna hijau, kopi rambang dan kopi yang diserang bubuk (Setyohadi, 2007).

2.3  Tanaman Kakao
2.3.1 Klasifikasi Tanaman Kakao
Klasifikasi untuk tanaman kakao menurut Chessman (1994, dalam Suharjo dan Butar-butar, 1979) adalah :
Divisio                         :   Spermathophyta
Classis                         :   Dicotyedoneae
Ordo                            :   Malvales
Familia                        :   Sterculiaceae
Genus                          :   Theobroma
Species                        :   Cacao
2.3.2 Morfologi Tanaman Kakao.
            Tanaman kakao termasuk golongan tanaman tahunan yang tergolong dalam kelompok tanaman caulofloris, yaitu tanaman yang berbunga dan berbuah pada batang dan cabang. Tanaman ini pada garis besarnya dapat dibagi atas dua bagian, yaitu bagian vegetatif yang meliputi akar, batang serta daun dan bagian generatif yang meliputi bunga dan buah (Siregar at al., 1989).
Sebagian besar daerah produsen kakao di Indonesia menghasilkan kakao curah. Kakao curah berasal dari varietas-varietas yang self-incompatible. Kualitas kakao curah biasanya rendah, meskipun produksinya lebih tinggi. Bukan rasa yang diutamakan tetapi biasanya kandungan lemaknya.
Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan). Walaupun demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi.
Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah jauh lebih besar dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah terdiri dari 5 daun buah dan memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji. Warna buah berubah-ubah. Sewaktu muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila masak kulit luar buah biasanya berwarna kuning.
Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah, di bagian dalam. Biji dilindungi oleh salut biji (aril) lunak berwarna putih. Dalam istilah pertanian disebut pulp. Endospermia biji mengandung lemak dengan kadar yang cukup tinggi. Dalam pengolahan pascapanen, pulp difermentasi selama tiga hari lalu biji dikeringkan di bawah sinar matahari (Anonim, 2009).
2.3.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Bibit Kakao.
            Bibit kakao sebagai bahan tanaman kakao dapat dibiakkan dengan biji, okulasi, cangkok dan stek, yang biasa digunakan adalah dengan biji, okulasi dan stek.
            Untuk mendapatkan bahan tanam yang sehat dan jagur benih yang digunakan sebaiknya digunakan dari pohon induk terpilih yang telah teruji kualitasnya. Biji yang digunakan untuk benih dari buah yang tua pada bagian tengah buah, yakni 2/3 bagian dari untaian biji. Biji bagian pangkal dan ujung tidak diikutsertakan sebagai bahan tanam.
            Pembibitan tanaman kakao umumnya dilakukan dalam kantong plastik (polybag). Sebelum dipindahkan ke dalam polybag terlebih dahulu biji-biji tersebut dikecambahkan dalam bedengan persemaian. Benih yang didederkan pada persemaian dalam keadaan tegak, dimana ujung biji tempat tumbuh radikula ditegakkan di sebelah bawah. Jika keadaan lingkungan mendukung pertumbuhan benih, maka benih tersebut akan berkecambah pada umur 4 – 5 hari setelah pedederan, tetapi biji yang belum berkecambah masih dapat dibiarkan selama 2 – 3 hari sebelum dibuang sebagai biji apkir bagi yang tidak tumbuh.
            Stadia kecambah yang baik untuk dipindahkan ke polybag adalah kecambah yang keping bijinya belum terbuka,  karena jika keping bijinya telah membuka berarti akar tunggang sudah panjang serta akar lateral telah bercabang-cabang. Hal ini akan menyulitkan pada saat pemindahan dan sering mengakibatkan akar tunggang menjadi bengkok, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Agar bibit tidak rusak maka pencabutan bibit dari persemaian sebaiknya dengan menyertakan pasir bedengan.
            Pemeliharaan pada pembibitan perlu dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan bibit yang sehat dan jagur, Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman, pemupukan, penyemprotan insektisida dan fungisida serta pengaturan naungan yang disesuaikan dengan umur bibit. Naungan dapat dijarangkan sebanyak 50% pada saat bibit berumur 2 – 2,5 bulan dan beransur-ansur dikurangi setelah bibit berumur 3 – 3,5 bulan.
            Hal ini dilakukan untuk mengadaptasikan bibit agar dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lapangan. Bibit yang telah berumur 4 – 6 bulan dipembibitan siap untuk ditanam ke lapangan (Anonim, 2009).











BAB 3. METODOLOGI

3.1 Pelaksanaan Kuliah Lapang
Adapun pelaksanaan dari kuliah lapang ini yaitu pada :
Hari                 : Sabtu
Tanggal           : 24  Desember 2011
Waktu                         : 08.00 WIB sampai dengan selesai
Tempat            : Di PTPN XII Kebun Renteng dan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (PUSLIT KOKA), Kebun Renteng Jenggawah, Jember.

3.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam kuliah lapang ini antara lain yaitu:
1.      Alat Tulis
2.      Kamera Digital

3.3 Gambaran Umum Daerah Kunjungan
Sebelum tahun 1945, PTPN XII Kebun Rayap Renteng merupakan milik Belanda yaitu NPNV. Namun setelah Indonesia merdeka yaitu tahun 1945, perkebunan tersebut menjadi milik pemerintah Republik Indonesia. Awalnya PTPN ini merupakan PTPN 23 dan setelah tahun 1997, terjadi merger antara PTPN 23, 26, dan 29 menjadi PTPN XII. Kantor pusatnya terletak di Jalan Rajawali, Surabaya. PTPN ini khusus melakukan pengolahan RSS yang berasal dari bahan baku lateks.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) didirikan pada 1 Januari 1911 dengan nama waktu itu Besoekisch Proefstation. Setelah mengalami beberapa kali perubahan baik nama maupun pengelola, saat ini secara fungsional Puslitkoka berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia, sedangkan secara struktural dikelola oleh Lembaga Riset Perkebunan Indonesia – Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (LRPI – APPI). Puslitkoka adalah lembaga non profit yang memperoleh mandat untuk melakukan penelitian dan pengembangan komoditas kopi dan kakao secara nasional, sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 786/Kpts/Org/9/1981 tanggal 20 Oktober 1981. Juga sebagai penyedia data dan informasi yang berhubngan dengan kopi dan kakao.


























BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Pengolahan Karet di PTPN XII KEBUN RENTENG
Ada tiga komoditas yang dihasilkan dari kebun renteng antara lain yaitu: Karet, Kopi dan Kakao. Sedangkan yang diproses di PTPN XII Kebun Renteng sendiri yaitu komoditas lateks sebagai ribbed smoked sheet (RSS) atau lembaran yang diasapi. Lateks merupakan lokoid atau beberapa butiran telur yang dihasilkan dari proses penyadapan getah karet.
Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas yang baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, sebagai berikut :
   1. Faktor dari kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain).
   2. Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau keadaan lateks tidak stabil).
   3. Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (yang baik terbuat dari aluminium atau baja tahan karat).
   4. Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu).
   5. Kualitas air dalam pengolahan.
   6. Bahan-bahan kimia yang digunakan.
   7. Komposisi lateks.
Pada saat pengolahan, getah karet tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung, tercampur air dan ditempa getaran yang besar karena dapat merusak struktur lateks itu sendiri juga akan terjadi pembekuan atau penggumpalan getah sebelum proses pengolahan. Berikut merupakan langkah-langkah pengolahan lateks :
1.    Penyadapan Getah Karet
Proses penyadapan getah karet dimulai sekitar jam 3 pagi dengan tujuan agar getah tidak terkena sinar matahari. Getah karet disadap dari masing-masing pohon karet yang ada di Kebun Renteng dengan cara pohon karet dilukai dengan diberi guratan dan ditampung dalam mangkok. Pengumpulan getah karet yaitu setelah kurang lebih 2 jam setelah pohon digurat atau dilukai. Getah karet hasil sadapan yang telah dikumpulkan di batok atau mangkok dimasukkan ke dalam tong plastik (bull) hingga kapasitas tong memenuhi syarat. Bull penyimpanan karet mempunyai daya tampung sekitar 33 Liter. Di dalam Bull terdapat sebuah saringan yang berfungsi menghambat kotoran saat penyadapan.  Ammonia ditambahkan pada saat proses penyadapan dengan tujuan untuk mencegah pembekuan (penggumpalan) getah lateks, sehingga penambahan ammonia disini berperan sebagai zat antikoagulan.
            Terdapat 3 tipe penyadapan yaitu penyadapan tipe D1, D2 dan D3. D1 yaitu proses penyadapan yang dilakukan setiap hari. Namun, di kebun Renteng menggunakan tipe penyadapan D2 dan D3. D2 yaitu proses penyadapan yang dilakukan 2 hari sekali. Dimana getah karet yang dihasilkan lebih encer. Sedangkan tipe yang lain yaitu tipe penyadapan D3. Dimana proses penyadapan dilakukan 3 hari sekali. Dan hasil getah karet yang dihasilkan lebih kental.
2.    Pengiriman Ke Pabrik
Setelah selesai penyadapan karet dikirim ke pabrik jam 7 pagi dengan menggunakan truk setempat atau sepeda motor maupun sepeda pancal dan dikawal oleh mandor-mandor yang ditugaskan. Pengangkutan lateks dari TPH ke pabrik harus dilakukan secepatnya,tanpa penundaan waktu lama. Mikroba dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan lateks mengandung amoniak,sehingga semakin lama aktivitas mikroba dapat meningkat untuk merusak lateks dan akibatnya mutunya menjadi turun.Diharapkan 9-10 jam sejak penyadapan lateks kebun sudah tiba di pabrik pengolahan lateks pekat. Sesampainya di pabrik, lateks pada tong dibedakan menjadi 2 tipe yaitu tipe lateks labil dan lateks baik. Untuk mengetahui tipe lateks ini dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan menggunakan tangan. Tangan dalam keadaam bersih dimasukkan ke dalam bull yang berisi lateks kemudian dikeluarkan, apabila pada tangan terdapat lateks yang berbintik-bintik maka tergolong tipe lateks labil (biasa disebut Lem).
Karet labil akan dikirim ke pabrik Perkebunan Blater sedangkan lateks baik akan dilanjutkan prosesnya hingga akhir. Lateks dimasukkan kedalam bak penampung melalui saluran pemasukkan hingga bull bersih dari lateks. Apabila masih terdapat sisa-sisa lateks pada bull, maka bull diletakkan pada alat pencuci bul. Mekanisme alat pencuci bull yaitu terdapat sprinkle dengan 4 saluran pengeluaran (3 kesamping, 1 ke atas) yang dapat mengeluarkan air dalam kapasitas maksimum dan daya yang mampu membersihkan sisa-sisa lateks pada bull. Pada bagian bawah alat pencuci bul terdapat selang yang gunanya untuk menyalurkan lateks ke bak penampungan.
3.    Koagulasi lateks
Lateks yang sudah tertampung pada bak kemudian disaring dengan menggunakan filter ukuran 20 mash, 30 mash, dan 40 mash. Lateks yang tidak tersaring pada saringan 20 mash maka tidak dapat diolah, dan dikirim ke PTPN XII Blater. Lateks yang berhasil tersaring ini yang kemudian akan diolah lagi.
4.    Uji Kadar Karet Kering
Untuk mengetahui kadar karet kering, diambil contoh lateks sebanyak 100cc kemudian dicampurkan dengan asam semut sebanyak 2-3 tetes, larutan tersebut diaduk dibiarkan dan dibiarkan beberapa saat. Setelah terjadi pembekuan pada getah karet maka dilakukan penggilingan sebanyak kurang lebih 20 putaran . Pengolahan selanjutnya yaitu mencari faktor pengering dari perhitungan berat basah diurangi berat awal lateks yang kemudian diambil 75%. Kadar karet kering (K3) dihitung untuk mengetahui banyaknya pencampuran yang harus dilakukan pada 1 bak koagulasi total antara lateks dan air. Hasil perhitungan yang dilakukan menggunakan contoh berat 100cc. Perhitungan ini kemudian dapat dipakai untuk selanjutnya pada sejumlah lateks yang terdapat di bak penampung dan jumlah campuran lateks dan air pada bak koagulasi.
5.    Pembekuan lateks pada bak koagulasi
Setelah faktor perhitungan pencampuran diketahui maka memudahkan para pekerja untuk mengetahui pencampuran yang dilakukan. Lateks kemudian dialirkan melewati saluran yang akan mengalirkannya hingga sampai pada bak koagulasi. Saluran mengalirnya lateks dan air berbeda. Jadi saluran dibuat panjang dan bertingkat. Terdapat 3 saluran yaitu : saluran air, saluran lateks, dan saluran untuk lateks yang sudah membeku dan siap digiling. Kemudian dibero asam semut sesuai perhitungan.
Larutan lateks, air dan asam semut yang sudah masuk dalam bak koagulasi diaduk menggunakan pengaduk khusus secara bolak-balik sepanjang bak sebanyak 4 kali. Yaitu 4 kali tarik dan 4 kali dorong. Apabila pada pengadukan keluar busa-busa, maka busa-busa tadi dibuang. Saat pengadukan dimasukkan campuran asam semut dan air dengan menggunakan parate yang terbuat dari tong plastik yang berlubang-lubang dengan ukuran yang sudah ditentukan agar pemberian campuran dapat merata pada seluruh bagian bak.
Ribbed smoked sheet tidak boleh terdapat gelembung udara, maka busa-busa tadi harus diambil secara menyeluruh. Busa-busa tersebut diambil dan dibuang pada 1 bak khusus busa yang nantinya busa-busa hasil pengadukan ini bisa dimanfaatkan lebih lanjut sebagai bahan baku ban local ataupun sandal karet. Setelah sheet bebas dari busa, dibagi  dengan sekat-sekat sesuai ukuran siap giling ± tebal 5cm. Bak koagulasi terbagi menjadi bagian-bagian yang lebih tipis lagi yang di batasi oleh sekat-sekat dari bahan aluminium. 1 bak koagulasi bisa menghasilkan sekitar 75 sheet siap giling. Sheet yang sudah terbagi-bagi dalam 1 bak koagulasi dibekukan selama 2 jam. Bagian atas bak ditutup dengan plastik agar hasil pembekuan sheet bersih dari kotoran-kotoran.
Bak penampung Lateks :
1.    Panjang       : 220 cm
2.    Lebar          : 190 cm
3.    Tinggi         : 125 cm
4.    Kapasitas    : 5, 225 m
Bak Air 1
1.    Kapasitas    : 3,496 m
2.    Panjang       : 190 cm
3.    Lebar          : 160 cm
4.    Tinggi         : 115 cm
Bak Air 1
1.    Kapasitas    : 1,811 m
2.    Panjang       : 150 cm
3.    Lebar          : 105 cm
4.    Tinggi         : 115 cm

6.      Penggilingan sheet
Setelah pembekuan selama 2 jam, sekat-sekat diambil. Kemudian bak dialiri air agar tidak lengket. Mesin penggiling sheet terdiri dari beberapa gilingan. Masing-maing gilingan memiliki kerapatan yang berbeda. Semakin lama kerapatannya semakin sempit. Sehingga air yang terkandung pada sheet keluar dalam jumlah maksimum. Selama proses penggilingan, mesin-mesin berjalan terus menerus. Pada gilingan terakhir selalu terdapat patron yang disebut printer yang berbentuk spiral. Patron berfungsi  memperbesar permukaan sheet serta bisa mempercepat jalannya pengeringan. Pemberin label atau merk juga terdapat pada penggilingan akhir. Sheet hasil penggilingan ditumpuk dan siap diolah selanjutnya pada ruang pengasapan.
Mesin Penggiling
Merk                : JMK
PK                   : 7,5 K
Volt                 : 220/380
RPM                : 1440
Merk                : Indastion MT
No.Mesin        : 308
Tgpl                 : C.132 S5
7.    Pengasapan sheet
Ruang pengasapan digunakan dalam pembuatan karet ribbed smoked sheet (RSS).  Karet RSS kemudian diletakkan digelantang , 1 gelantang terdiri dari 3 lembar karet RSS. Suhu harus dipertahankan sehingga praktis stabil, ventilasinya dapat diatur sesuai kebutuhan, serta penambahan asap dan pemanasan dapat terjamin. Jumlah ruang pengasapan dan pengeringan yang diperlukan berhubungan dengan waktu pengeringan. Ini berkaitan dengan ketebalan sheet yang akan dibuat. Bila produksi harian tinggi dan setiap hari membutuhkan lebih dari satu ruangan, maka jumlah ruangan yang diperlukan dikalikan jumlah ruangan yang dipakai per hari. Karet tidak boleh dicampur aduk dalam satu ruangan karena hasil karet dari hari yang tidak sama tidak boleh digabungkan.
Ruang pengasapan digunakan dari pengeringan hari ke-1 hingga hari ke-6. Suhu setiap harinya harus diperhatikan, panas yang diberikan pada ruangan setiap harinya bertahap agar sheet kering atau matang sepenuhnya. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan yaitu berasal dari pohon-pohon karet yang sudah tidak produktif atau pohon-pohon sekitar yang sudah ditebang. Kayu terdiri dari kayu basah, kayu sedang, dan kayu kering.
Proses pengeringan karet antara lain yaitu :
1.    Hari 1 suhu 40 - 45 0 C
2.    Hari 2 suhu 45 – 50 0 C
3.    Hari 3 suhu 50 – 55 0 C
4.    Hari 4 suhu 55 – 60 0 C
5.    Hari 5 suhu 65 – kering.
Hari 1 dan hari ke-2 digunakan untuk proses pengasapan yaitu pembentukan warna pada lateks. Sedangkan hari ke-3 sampek hari ke-5 digunakan untuk proses pengeringan lateks.
8.    Sortasi sheet kering
Sheet kering yang sudah selesai dalam proses pengasapan dan lateks sudah dalam keadaan kering. Dimana lateks mempunyai kadar air kurang lebih 1 %. Lateks yang telah kering maka dilakukan proses sortasi di ruang sortasi. Sortasi dibagi dalam beberapa kelas sesuai dengan kualitas sheet : RSS1, RSS2, dan RSS3. Kualitas sheet dibedakan berdasarkan warna hasil pengeringan sheet, ada tidaknya kotoran-kotoran yang menempel ataupun gelembung-gelembung yang masih tersisa pada sheet. Sheet yang kering akan tampak transparan apabila pemisahan kualitas dilakukan di atas meja sortasi yang dilengkapi dengan penerangan dari cahaya luar ruang dan lampu. Selain meja sortasi, peralatan yang digunaan pada saat sortasi antara lain gunting, pisau, sikat, dan cairan formalin. Cairan formalin digunakan dalam pembersihan sheet karena cepat menguap dan tidak meninggalkan bekas cairan pada sheet, berbeda jika menggunakan air dalam pembersihan.
9.    Pengepresan dan pengemasan
Setelah sortasi sheet dilakukan dan menghasilkan RSS1, RSS2, dan RSS3 selanjutnya tumpukan sheet dipres menggunakan alat pengepresan mekanik sehingga menjadi ball. Small ball dengan berat 33, 3 kg dan big ball dengan berat 113 kg. Kemudian ball yang sudah dipres, dikemas dengan plastik yang sudah disediakan oleh pihak perkebunan. Untuk selanjutnya dapat disimpan untuk kemudian menuggu untuk dikirim ke perusahaan-perusahaan yang membutuhkan ribbed smoked sheet sebagai bahan baku.

4.2 Pusat Penelitian Kopi Kakao (PUSLIT KOKA) Jenggawah
4.2.1 Pengolahan Kakao
Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat. Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif.
Proses pengolahan buah kakao menentukan mutu produk akhir kakao, karena dalam proses ini terjadi pembentukan calon citarasa khas kakao dan pengurangan cita rasa yang tidak dikehendaki, misalnya rasa pahit dan sepat.
1.      Pemeraman Buah.
• Pemeraman buah bertujuan, memperoleh keseragaman kematangan buah serta memudahkan pengeluaran biji dari buah kakao.
• Buah dimasukan kedalam keranjang rotan atau sejenisnya disimpan ditempat yang bersih dengan alas daun – daunan dan permukaan tumpukan ditutup dengan daun-daunan .
• Pemeraman dilakukan ditempat yang teduh, serta lamanya sekitar 5-7 hari (maksimum 7 hari).
2.        Pemecahan Buah
• Pemecahan atau pembelahan buah kakao dimaksudkan untuk mendapatkan biji kakao, pemecahan buah kakao harus dilakukan secara hati-hati, agar tidak melukai atau merusak biji kakao.
• Pemecahan buah kakao dapat menggunakan pemukul kayu atau memukulkan buah satu dengan buah lainnya, harus dihindari kontak langsung biji kakao dengan benda – benda logam, karena dapat menyebabkan warna biji kakao menjadi kelabu.
• Biji kakao dikeluarkan lalu dimasukan dalam ember plastik atau wadah lain yang bersih, sedang empulur yang melekat pada biji dibuang.
3.        Fermentasi
Fermentasi dimaksudkan untuk memudahkan melepas zat lendir dari permukaan kulit biji dan menghasilkan biji dengan mutu dan aroma yang baik, selain itu menghasilkan biji yang tahan terhadap hama dan jamur, selama penyimpanan dan menghasilkan biji dengan warna yang cerah dan bersih.
• Wadah/alat fermentasi yang dibutuhkan yaitu : Kotak fermentasi terbuat   dari lembaran papan atau berupa keranjang bamboo, daun pisang dan karung goni.
4.      Perendaman dan Pencucian.
Tujuan perendaman dan pencucian adalah menghentikan proses fermentasi dan memperbaiki kenampakan biji. Sebelum pencucian dilakukan perendaman ± 3 jam untuk meningkatkan jumlah biji bulat dengan kenampakan menarik dan warna coklat cerah. Pencucian dapat dilakukan secara manual (dengan tangan) atau menggunakan mesin pencuci. Pencucian yang terlalu bersih sehingga selaput lendirnya hilang sama sekali, selain menyebabkan kehilangan berat juga membuat kulit biji menjadi rapuh dan mudah terkelupas. Umunya biji kakao yang dicuci adalah jenis edel sedangkan jenis bulk tergantung pada permintaan pasar.
5.      Pengeringan
Pelaksanaan pengeringan dapat dilakukan dengan menjemur, memakai mesin pengering atau kombinasi keduanya. Pada proses pengeringan terjadi sedikit fermentasi lanjutan dan kandungan air menurun dari 55- 60 % menjadi 6-7 %, selain itu terjadi pula perubahan-perubahan kimia untuk menyempurnakan pembentukan aroma dan warna yang baik.
Suhu pengeringan sebaiknya antara 55-66 ºc dan waktu yang dibutuhkan bila memakai mesin pengering antara 20-25 jam, sedang bila dijemur waktu yang dibutuhkan ± 7 hari apabila cuaca baik,tetapi apabila banyak hujan penjemuran ± 4 minggu. Bila biji kurang kering pada kandungan air diatas 8% biji mudah ditumbuhi jamur.
6.      Sortasi Biji.
Sortasi Biji Kakao Kering dimaksudkan untuk memisahkan antara biji baik dan cacat berupa biji pecah, kotoran atau benda asing lainya seperti batu, kulit dan daun-daunan. Sortasi dilakukan setelah 1-2 hari dikeringkan agar kadar air seimbang, sehingga biji tidak terlalu rapuh dan tidak mudah rusak, sortasi dilakukan dengan menggunakan ayakan yang dapat memisahkan biji kakao dengan kotoran-kotoran.
7.      Pengemasan dan Penyimpanan Biji
• Biji kakao dikemas dengan baik didalam wadah bersih dan kuat, biasanya menggunakan karung goni dan tidak dianjurkan menggunakan karung plastik.
• Biji kakao tidak disimpan dalam satu tempat dengan produk pertanian lainnya yang berbau keras, karena biji kakao dapat menyerap bau-bauan tersebut.
• Biji kakao jangan disimpan di atas para-para dapur karena dapat mengakibatkan biji kakao berbau asap.
• Biji kakao disimpan dalam ruangan, dengan kelembaban tidak melebihi 75 % ventilasi cukup dan bersih.
• Antara lantai dan wadah biji kakao diberi jarak ± 8 Cm dan jarak dari dinding ± 60 cm, biji kakao dapat disimpan ± 3 bulan.
8.      Pengolahan biji kakao menjadi produk
Biji kakao yang telah siap diolah kemudian dihaluskan untuk kemudian diolah kembali menjadi produk yang diinginkan, seperti: coklat batang, minuman, roti dan kue.
Tidak hanya melakukan penelitian-penelitian terhadap kopi dan kakao saja yang dilakukan oleh puslitkoka, melainkan juga menghasilkan produk-produk hasil pengolahan kopi dan kakao untuk dipasarkan. Tidak hanya itu, Puslit Koka Jenggawah ini juga telah berhasil menciptakan mesin-mesin pengolahan kopi dan kakao yang kemudian diproduksi dalam jumlah yang sesuai dengan permintaan konsumen. Selain itu, Puslit juga memproduksi biogas untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dalam proses pengolahan produk perkebunan kopi dan kakao.
Berikut ini merupakan beberapa alat yang bisa ditemui di pusat penelitian kopi dan kakao Jenggawah yaitu:
a.       Mesin Pencacah Kulit Buah Kakao (Skreader)
Fungsi: Pencacah kulit buah kakao tipe silinder yang mudah dipindahkan dari UPH ke UPH yang lain dan memiliki kapasaitas pencacahan tinggi. Pencacahan sampai dengan kehalusan; Spesifikasi: Kapasitas: 7-10 m2 kulit buah kakao/jam (tergantung kondisi bahan), tipe: mobile, penggerak:motor diesel 20 HP., transmisi: puley dan sabuk karet v; Keunggulan: Kapasitas pencacahan tinggi dan relatif seragam, perawatan mudah dan murah, Rangka kuat, kokoh, dan menggunakan sistem knock-down, komakt sehingga mudah di pindahkan di areal kebun
b. Mesin pemecah buah kakao dan pemisah biji (pod breaker)
Kapasitas. 3 ton/jam, penggerak motor bakar Honda 5,5 PK, Transmisi pulley dan sabuk karet V., Pemisah biji : ayakan SS, Rangka mesin : baja profil kota.

c. Peti Fermentasi
Fungsi: Menghasilkan senyawa-senyawa calon pembentuk (precursor) rasa dan aroma khas cokelat di dalam biji kakao. Fleksibilitas dan Keunggulan: a. Perawatan mudah; b. Hasil fermentasi baik, suhu fermentasi tercapai, lapisan lendir terurai dan terlepas dari permukaan biji secara alami, serta terjadi perubahan nilai pH biji karena pembentukan senyawa-senyawa asam; Skala Individu: a. Peti kayu dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 50 cm; b. Waktu fermentasi selama 5 menit. Skala Kelompok: a. Rekator berbentuk peti dangkal dua deret (shallow box); b. Waktu fermentasi 5 hari ( 2 hari di deret pertama (atas), dan 3 hari di deret peti kedua (bawah); c. tahap pemindahan sekaligus berfungsi sebagai proses pembalikan biji
d. Pemeras Lendir Kakao [Depulper]
Fungsi: 1. Mengurangi kandungan lendir (pulp) dipermukaan biji kakao sehingga waktu fermentasi lebih singkat dan menurunkan tingkat keasaman biji kering; 2. Lendir hasil pemerasan dapat diproses lanjut menjadi produk samping yang memiliki nilai tambah; 3. Mudah dipindah-pindah. Fleksibilitas dan Keunggulan: 1.Hasil pemerasan baik dan bersih 2. Perawatan mudah dan murah, serta mudah dioperasikan; 3. Mudah dipindah-pindahkan. Spesifikasi Teknis : Kapasitas. 1-1,25 ton/jam, penggerak motor bakar Honda 5,5 PK, Transmisi pulley dan sabuk karet V.Pemisah lendir : ayakan SS., Rangka mesin : baja profil kotak
e.       Pengering (Dryer)

Kapasitas 750kg - 1,5 ton /batch [1 batch = 50 jam]
sumber panas : tungku kayu burner minyak tanah, nabati [sesuai kebutuhan] dengn 1 kipas aksial, Penggerak mesin diesel 7 PK eks. China/motor listrik ½ HP, Lantai pengering : Ayakan alumunium
Sistem pemanasan biji : Tidak langsung lewat pipa pindah panas
Rangka mesin : Baja profil kotak
Kapasitas 2.5ton/batch [1 batch = 50 jam], sumber panas : tungku kayu burner minyak tanah, nabati [sesuai kebutuhan] dengn 2 kipas aksial, Penggerak mesin diesel 7 PK eks. China/motor listrik 1 HP, Lantai pengering : Ayakan alumunium, Sistem pemanasan biji : Tidak langsung lewat pipa pindah panas, Rangka mesin : Baja profil kotak
f.       Mesin Penyangrai kakao
Kapasitas 750kg/batch [1 batch = 50 jam], sumber panas : tungku kayu burner minyak tanah, nabati [sesuai kebutuhan] dengn 1 kipas aksial, Penggerak mesin diesel 7 PK. Fungsi: Mempercepat proses difusi air sehingga aman disimpan dan tetap memiliki mutu yang baik sampai ke tahap proses pengolahan berikutnya.

g.         Mesin pencampur mekanis
Spesifikasi Teknis: a. Kapasitas: 30 - 40 kg biji kopi sangrai/batch; b. Tipe: Drum hexagonal; c. Transmisi: roda gigi dan rantai, serta pulley dan sabuk karet V; d. Penggerak: Motor listrik 3 HP, 220 V, 1.440 rpm; Dimensi: 1.160 x 1.000 x 1.600 mm; f. Bahan konstruksi: Plat aluminium, plat besi. Fungsi: Mencampur biji kopi sangrai agar bubuk kopi yang dihasilkan konsisten dan seragam.
h.        Mesin pemasta kakao
Kapasitas kerja 5 - 50 kg/jam
Penggerak :  motor listrik ½  atau 1 HP
Transmisi   : pulley dan sabuk karet V
Tipe pemasta         : ulir [screw]
Rangka      : besi profil persegi
i.          Mesin penghalus pasta kakao
Kapasitas kerja : 8 kg/batch [1 batch = 4 jam]
Penggerak :  motor listrik 2 HP
Transmisi   : pulley dan sabuk karet V serta roda gigi-rantai
Rangka      : besi profil persegi


j.         Pengering kombinasi alami dan buatan
Dengan menjemur biji kopi di terik matahari sampai kadar airnya 30%. Kemudian biji kopi dikeringkan secara buatan samapai kadar air menjadi 10-13%. Dengan mengunakan alat pengering. Melalui dua tahap. Pertama, pemanasan pada suhu 6516C-100oC untuk menurunkan kadar air menjadi 30%. Kedua, pemanasan pada suhu 50oC-60oC untuk    menurunkan kadar air menjadi 10-13%.
k.      Penyangrai
Fungsi: Mempercepat proses difusi air sehingga aman disimpan dan tetap memiliki mutu yang baik sampai ke tahap proses pengolahan berikutnya.

Kapasitas 750kg/batch [1 batch = 50 jam], sumber panas : tungku kayu burner minyak tanah, nabati [sesuai kebutuhan] dengn 1 kipas aksial, Penggerak mesin diesel 7 PK eks. China/motor listrik ½ HP, Lantai pengering : Ayakan alumunium, Sistem pemanasan biji : Tidak langsung lewat pipa pindah panas, Rangka mesin : Baja profil kotak
Kapasitas 4 ton/batch [1 batch = 50 jam], sumber panas : tungku kayu burner minyak tanah, nabati [sesuai kebutuhan] dengn 3, kipas aksial, Penggerak mesin diesel 7 PK eks. China/motor listrik 1 HP, Lantai pengering : Ayakan alumunium, Sistem pemanasan biji : Tidak langsung lewat pipa pindah panas
l.        Pembubuk
Fungsi: Memperkecil ukuran partikel kopi sesuai dengan keinginan konsumen. Fleksibilitas dan Keunggulan: a. Mutu bubuk kopi hasil pembubukan baik; b. Keseragaman bubuk kopi baik; c. Perawatan mudah dan murah, serta mudah dioperasikan; d. Energi rendah dan efisien. Spesifikasi Teknis: a. Kapasitas: 15-60 kg kopi biji sangrai/jam; b. Tipe: Pin mill; c. Transmisi: Pulley dan sabuk karet V; Penggerak: Motor listrik 5,5 HP, 220 V, 1.440 rpm, single phase; e. Dimensi: 800 x 600 x 1.000 mm; f. Bahan konstruksi: Plat aluminium, plat
m.    Pencampur mekanis
Fungsi: Mencampur biji kopi sangrai agar bubuk kopi yang dihasilkan konsisten dan seragam. Fleksibilitas dan Keunggulan: a. Mutu bubuk kopi hasil pencampuran baik; b. Perawatan mudah dan murah, serta mudah dioperasikan; c. Energi rendah dan efisien. Spesifikasi Teknis: a. Kapasitas: 30 - 40 kg biji kopi sangrai/batch; b. Tipe: Drum hexagonal; c. Transmisi: roda gigi dan rantai, serta pulley dan sabuk karet V; d. Penggerak: Motor listrik 3 HP, 220 V, 1.440 rpm; Dimensi: 1.160 x 1.000 x 1.600 mm; f. Bahan konstruksi: Plat aluminium, plat besi.
n.      mesin pemasta
Kapasitas kerja 5 - 50 kg/jam
Penggerak       :  motor listrik ½  atau 1 HP
Transmisi         : pulley dan sabuk karet V
Tipe pemasta   : ulir [screw]
Rangka                        : besi profil persegi
o.      mesin penghalus pasta
 Kapasitas kerja : 8 kg/batch [1 batch = 4 jam]
Penggerak       :  motor listrik 2 HP
Transmisi         : pulley dan sabuk karet V serta roda gigi-rantai
Rangka                        : besi profil persegi
p.      Mesin koncing
Kapasitas kerja 10 – 15 kg/batch [1 batch = 20 jam]
Sumber panas  :  1 buah elemen listrik 600 W
Kendali                       :  suhu [thermostat]
Penggerak       :  motor listrik ½ HP atau 2 HP
Transmisi         : pulley dan sabuk karet V serta roda gigi-rantai
Rangka                        : besi profil persegi


4.2.2 Pengolahan Kopi
Adapun proses atau tahap pengolahan kopi yaitu : panen, sortasi buah di kebun, pengupasan kulit buah, pencucian, pengeringan, pengupasan kulit kopi HS, sortasi, penyangraian, penghalusan biji kopi sangria dan pengemasan.
Beberapa alat yang bisa ditemui di pusat penelitian kopi dan kakao Jenggawah antara lain:
a.       Mesin Pulper
Mesin pulper merupakan mesin yang berfungsi untuk mengupas kulit kopi sehingga terpisah antara biji dan kulitnya. Mekanisme kerja dari mesin ini adalah berdasarkan gerakan dua buah silinder yang berlawanan arah dan biji kopi diantara silinder tersebut. Pengupasan kulit buah berlangsung di dalam celah diantara permukaan silinder yang berputar dan pisau yang diam, mesin ini digerakkan oleh motor bakar bensin 5 PK. Pengupasan buah kopi umumnya dilakukan dengan menyemprotkan air ke dalam silinder bersamaan dengan buah yang akan dikupas.
Mesin Pulper Tipe Double Silinder
Spesifikasinya:
-        kapasitas 1500 kg buah kopi/jam
-        penggerak motor bakar bensin Honda 5,5 PK
-        transmisi pulley dan sabuk karet V
-        bahan pengupas kulit rol ganda
-        rangka mesin baja profil kotak (60x40mm)
b.      Mesin Pencuci
P4180110Mesin pencuci kopi tipe kontinu. Kebutuhan air pencuci berkisar antara 5-6 m3 per ton biji kopi HS. Mesin ini terdiri atas silinder berlubang horizontal dan sirip pencuci berputar pada poros silinder.
Spesifikasinya:
-        Menggunakan tenaga penggerak motor listrik 3 phase, 380 V, 5 PK
-        Daya/putaran mesin: 800 RPM
-        Bahan bakar solar
-        Mesin ini mempunyai kapasitas yang relative besar yaitu: 1000 kg/jam.
c.       Mesin Pengering
P4180105Mesin pengering ini digunakan untuk mengeringkan biji kopi sehingga biji kopi akan lebih awet untuk disimpan. Mesin pengering yang terdapat di Puslit Koka Jenggawah ini ada beberapa macam antara lain: pengering mekanis menggunakan energi listrik, pengeringan mekanis menggunakan energi kayu bakar (tungku pemanas), pengeringan mekanis menggunakan biogas, pengeringan mekanis menggunakan diesel, dan yang terbaru adalah pengeringan mekanis dengan menggunakan energi surya (sel solar).
Spesifikasinya:
1.      Tenaga penggerak:
a.       Listrik: kipas aksial (motor listrik ¼ HP, 220 V, 1 phase), kipas sentripugal (motor listrik 1 HP, 220 V, 1 phase).
b.      Bahan bakar: tenaga surya (solar cell) atau kayu bakar 2-3 m3/ ton biji kopi kering.
2.      Kapasitas kerja: 5 ton biji kopi basah
d.      Mesin Sortasi
Mesin sortasi berfungsi untuk mengklasifikasikan biji kopi kering. P4180107Mesin sortasi ini bertipe meja getar Mesin pengayak diberi alat umpan elevator timba (bucket elevator) untuk pengumpanan biji kopi yang akan disortasi. Kapasitas ayakan antara 500-1250 kg/jam tergantung pada kebutuhan. Mesin sortasi mempunyai tiga saringan dengan ukuran lubang 5,6 dan 7 mm, untuk mesin sortasi tipe getar ayakan disusun bertingkat. Masing-masing tingkat atau seri ayakan dilengkapi dengan kanal untuk mengeluarkan biji dengan ukuran yang sesuai dengan lubang ayakan. Terdapat 3 tipe kopi, ukuran yang paling kecil adalah kopi kualitas baik.
e.       Mesin Penyangrai
mesin penyangrai kopi yang terdapat di Puslit Koka menggunakan panas dari biogas, tetapi Puslit Koka juga menciptakan mesin penyangrai yang menggunakan panas dari bahan bakar kayu dan sejenisnya.
1.      Tenaga penggerak:
·      type/model: motor listrik 2 PK, 3 phase, 380 V ; motor bakar
·      daya/putaran mesin: 940 RPM
·      bahan bakar: minyak tanah atau gas
2.      Kapasitas kerja 60 kg/jam biji kopi.
f.       Mesin Pembubuk Biji Kopi Sangria
mesin ini digunakan untuk menghaluskan biji kopi yang sudah disangrai sehingga menghasilkan kopi bubuk.
a.       Tenaga penggerak:
·    type/model: motor listrik 1 phase, 220 V, 1PK
·    daya/putaran mesin: 10 RPM
·    pemanasan: minyak tanah, keluaran panas 15 kW
·    transmisi: gigi reduksi, rantai dan roda friksi
·    rangka: baja profil persegi
b.      Kapasitas kerja: 60 kg biji kopi sangria/jam.
g.      Mesin Pengkristal Kopi dan Campurannya
mesin ini berfungsi untuk membuat kopi bubuk dengan campuran rasa gula, jahe dan sebagainya. Mekanisme kerja dari mesin ini adalah dengan cara membuat pasta kopi dan gula kemudian dipanaskan dan terjadi proses evaporasi sehingga membentuk kristal-kristal campuran  kopi dengan gula yang menggumpal.
h.      Mesin Penghalus Gumpalan Kristal Kopi
mekanisme kerja mesin ini adalah silinder bergerak memutar dengan kecepatan rendah (agar tidah menimbulkan panas) terhadap wadah sehingga menggiling gumpalan kristal kopi dan terbentuk serbuk kopi instan dengan ekstrak gula, jahe dan lainnya.
i.        Pengering (Dryer)
Fungsi: Mempercepat proses difusi air sehingga aman disimpan dan tetap memiliki mutu yang baik sampai ke tahap proses pengolahan berikutnya.
Kapasitas 750kg/batch [1 batch = 50 jam], sumber panas : tungku kayu burner minyak tanah, nabati [sesuai kebutuhan] dengn 1 kipas aksial, Penggerak mesin diesel 7 PK eks. China/motor listrik ½ HP, Lantai pengering : Ayakan alumunium, Sistem pemanasan biji : Tidak langsung lewat pipa pindah panas, Rangka mesin : Baja profil kotak
Kapasitas 4 ton/batch [1 batch = 50 jam], sumber panas : tungku kayu burner minyak tanah, nabati [sesuai kebutuhan] dengn 3, kipas aksial, Penggerak mesin diesel 7 PK eks. China/motor listrik 1 HP, Lantai pengering : Ayakan alumunium, Sistem pemanasan biji : Tidak langsung lewat pipa pindah panas







BAB 5. PENUTUP

5.1.Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari kuliah lapang ini antara lain :
1.      Pengolahan lateks terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : Penyadapan Getah Karet, Pengiriman Ke Pabrik, Koagulasi lateks, Uji Kadar Karet Kering, Pembekuan lateks pada bak koagulasi, Penggilingan sheet, Pengasapan sheet, Sortasi sheet kering, Pengepresan dan pengemasan
2.      Alat dan mesin yang digunakan dalam pengolahan lateks antara lain yaitu Bak penampung Lateks, Bak Air, Mesin Penggiling
3.      Sedangkan tahapan dari pengolahan lateks, yaitu : Pemeraman buah, Pemecahan Buah , Fermentasi, Perendaman dan Pencucian, pengeringan, sortasi biji, penghalusan biji kakao, pengolahan menjadi produk, pengemasan.
4.      Alat dan mesin yang digunakan dalam pengolahan kakao yang terdapat di puslitkoka antara lain yaitu : Mesin Pencacah Kulit Buah Kakao (Skreader),  Mesin pemecah buah kakao dan pemisah biji (pod breaker), Peti Fermentasi, Pemeras Lendir Kakao [Depulper], Pengering (Dryer), dan lain sebagainya
5.      Proses pengolahan kopi yaitu : panen, sortasi buah di kebun, pengupasan kulit buah, pencucian, pengeringan, pengupasan kulit kopi HS, sortasi, penyangraian, penghalusan biji kopi sangria dan pengemasan.
6.      Alat dan mesin yang digunakan dalam pengolahan kopi yang terdapat di puslitkoka antara lain yaitu : mesin pulper, mesin pencuci, mesin sortasi, mesin pengering, mesin penyangrai, mesin pembubuk atau penghalus biji kopi  dan lain-lain.

5.2.Saran
Seharusnya mahasiswa dapat lebih aktif lagi dalam kuliah lapang ini, yaitu dengan banyak bertanya, mendengarkan maupun mencatat informasi-informasi yang diterima dalam kegiatan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Kakao (Theobroma cacao). http://www.iccri.net. [Online] diakses tanggal 12 Januari 2012
Najiyati, S. dan Danarti. 1997. Budidaya  kopi  dan    Penanganan   Lepas   Panen. Jakarta : Penebar Swadaya.
Nazaruddin.,1999. Karet .Jakarta : Penerbit Penebar Swadaya.
Setiawan. D.H dan Andoko. A. 2008. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. PT.AgroMedia Pustaka.
Setyohadi. 2007. Diktat Agro Industri Hasil Tanaman Perkebunan. Medan : USU-Press.
Siswoputranto, P.S. 1992. Kopi,   Internasional    dan       Indonesia. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar