Total Tayangan Halaman

Selasa, 21 Februari 2012

rice milling unit


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Penggilingan padi memiliki peran yang sangat penting dalam sistem agribisnis padi/perberasan di Indonesia.  Peranan ini tercermin dari besarnya jumlah penggilingan padi dan sebarannya yang hampir merata di seluruh daerah sentra produksi padi di Indonesia. Penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, pasca panen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga merupakan mata rantai penting dalam suplai beras nasional yang dituntut untuk dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari segi kuantitas maupun  kualitas untuk mendukung ketahanan pangan nasional.
Namun dilihat dari kenyataan di lapangan, ternyata masih banyak penggilingan padi yang bekerja di bawah kapasitas giling dengan kualitas dan rendemen berasnya yang masih rendah. Hal ini disebabkan karena usaha penggilingan padi yang ada selama ini tidak dilakukan dengan pendekatan sistem agribisnis yang terpadu, teknologi penggilingan padinya yang digunakan masih sederhana, konfigurasi mesinnya hanya terdiri dari husker dan polisher saja dan sudah berumur tua serta belum mempunyai jaringan pemasaran yang luas. Dan di lapangan masih banyak penggilingan padi kecil yang menggunakan sistim kerja ”one pass” atau satu kali proses penyosohan sehingga berdampak kurang baik terhadap kualitas dan rendemen beras yang dihasilkan.
Berdasarkan keadaan tersebut di atas, maka perlu dilakukan revitalisasi penggilingan padi kecil (PPK) dan rice milling unit (RMU) di Indonesia untuk menekan tingkat susut hasil, meningkatkan rendemen, meningkatkan mutu/ kualitas, nilai tambah dan daya saing beras sehingga pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani/gapoktan dan penggilingan padi di perdesaan.
Revitalisasi penggilingan padi ini juga perlu dilakukan karena adanya desakan bagi liberalisasi perdagangan dunia, tuntutan masyarakat konsumen yang semakin tinggi terhadap kualitas gabah/beras dan ketersediaan dana pemerintah yang semakin kecil. Dengan upaya revitalisasi penggilingan padi ini diharapkan dapat pula meningkatkan nilai tambah dan daya saing usaha penggilingan padi yang saat ini kita akui bahwa kinerja penggilinan padi kita masih jauh tertinggal dibanding dengan kinerja penggilingan padi di negara berkembang lainnya.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud rice Milling Unit ?
2.      Bagaimana spesifikasi dari Rice Milling Unit ?
3.      Bagaimana cara meningkatkan produktifitas beras ?
4.      Seperti apa cara kerja Rice Milling Unit ?

1.3  Tujuan
1.      Agar mahasiswa dapat mengetahui spesifikasi dari mesin RMU
2.      Agar mahasiswa dapat merencanakan peningkatan produktifitas beras
3.      Agar mahasiswa dapat mengetahui cara kerja RMU

1.4  Manfaat
1.      Mahasiswa dapat mengetahui spesifikasi dari mesin RMU
2.      Mahasiswa dapat merencanakan peningkatan produktifitas beras
3.      Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja RMU



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Beras merupakan bahan pangan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia, baik di kota maupun di pedesaan. Dengan konsumsi beras yang masih sangat tinggi, yaitu sekitar 130 kg/kapita per tahun, maka beras yang harus disediakan setiap tahunnya dalam suatu desa ekologi dapat diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk desa tersebut. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan beras secara mandiri, berarti pengaliran sumberdaya ekonomi keluar desa karenan harus membeli beras dari luar desa.( Sovan, M., 2002.)
Skala usaha industri jasa penggilingan padi ditentukan oleh besar kecilnya kapasitas giling terpasang yang dimiliki suatu penggilingan padi. Suatu penggilingan padi digolongkan sebagai penggilingan padi berskala kecil bila kapasitas penggilingannya tidak lebih dari 1500 kg beras per jam (Departemen Pertanian, 2001). Menurut data tahun 1990-1997, yang dirilis oleh Departemen Pertanian RI (1998), lebih dari 50% penggilingan padi yang ada di Indonesia tergolong dalam penggilingan padi dengan skala kecil dan lebih dari 36% adalah rice milling unit, yang dari segi kapasitas juga termasuk penggilingan padi kecil. Dari sekitar 82 ribu unit industri jasa penggilingan padi berskala kecil ini, setiap tahunnya dihasilkan lebih dari 24 juta ton beras atau sekitar 95% dari kapasitas giling seluruh penggilingan padi di Indonesia.(Karsyno, F., P. Simatupang, E. Pasandaran dan Sri Adiningsih.2001)
Secara umum, mesin-mesin yang digunakan dalam usaha industri jasa penggilingan padi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.      Mesin pemecah kulit/sekam atau pengupas kulit/sekam gabah kering giling (huller atau husker)
2.      Mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (brown rice separator)
3.      Mesin penyosoh atau mesin pemutih (polisher)
4.      Mesin pengayak bertingkat (sifter)
5.      Mesin atau alat bantu pengemasan (timbangan dan penjahit karung). (Santosa, T., 2002)
Kriteria penggilingan padi kecil yang direvitalisasi adalah :
a.       Penggilingan padi kecil yang mempunyai kelembagaan dan organisasi (AD/ART) yang baku.
b.      Mempunyai dana operasional yang cukup dan manajemen usaha yang baik serta adanya pencatatan usaha secara teratur.
c.       Mempunyai sumber daya manusia (pengelola dan operator) yang memadai dan terampil
d.      Bermitra dengan gapoktan yang memiliki luas hamparan minimal 500 Ha
e.       Adanya kesulitan dalam mengakses sumber daya modal perbankan, teknologi dan informasi pasar.( Pudjosumarto, M., 1998)
Tujuan revitalisasi penggilingan padi adalah :
·         Meningkatkan rendemen giling gabah/beras.
·         Meningkatkan mutu beras.
·         Menekan tingkat susut hasil gabah/beras ditingkat petani/gapoktan dan penggilingan padi
·         Menciptakan model/sistem pengembangan agribisnis padi yang terpadu berbasis gapoktan mulai dari hulu sampai hilir.
·         Berperan dalam memberdayakan petani/gapoktan tidak saja sebagai produsen tetapi juga sebagai pemasok bahan baku gabah kering giling (GKG)/ beras pecah kulit (BPK)/ Beras kepada industri atau pasar/ konsumen. (Simatupang, P., dan M. Syukur, 2002.)
Ilustrasi komposisi unit penggilingan padi :
Mesin pembersih kotoran gabah (cleaner)
Mesin pengupas kulit gabah (husker)
                                                       Separator
Mesin pemisah batu (de-stoner)
Mesin pemutih abrassive (batu)
Mesin pemutih abrassive (batu)
Mesin pemutih friction (besi)
Mesin pemisah menir (rice sifter)
Mesin pemisah antara beras kepala dan patah (rice grader)
                                                           Timbangan
Pengarungan (packing)
Dalaam menyusun konfigurasi sebuah unit penggilingan  padi harus mengacu pada beberapa aspek yang telah diuraikan sebelumnya. Konfigurasi alat mesin  penggilingan padi dibuat berdasarkan jumlah kapasitas dan tuntutan mutu yang diinginkan, yang tentunya hal ini akan berkaitan erat dengan biaya atau harga dari konfigurasi mesin penggilingan padi yang dibuat. Konfigurasi alat mesin penggilingan padi  secara umum adalah sebagai berikut :
                                                                                      Optional/ Tambahan

























Paddy Rice
 

Paddy Husker
 



Paddy Sparator
 

Paddy Polisher
 





Paddy Sifter
 





















Rice Grader
 

Cleaner Refiner
 



 




                                                            (Mudjisihono Rob. dan A. Setyono, 2003)





BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1  Alat dan bahan
1.      Satu set mesin rice milling unit
2.      Bahan bakar mesin
3.      Padi atau gabah

3.2     Prosedur praktikum
1.      Mencari dan menentukan RMU yang akan ditunjau yaitu mengenai nama RMU, pemilik dan alamat RMU
2.      Melakukan kontak degan pengurus RMU untuk dapat kunjungan selama satu hari
3.      Menyusun daftar rencana kegiatan dalam kunjungan satu hari untuk mendapatkan data berdasarkan daftar partanyaan. Melakukan pencatatan atau pengamatan langsung dan pengukuran terhadap peralatan yang digunakan, dan disertakan foto.




BAB 4. PEMBAHASAN

Biji-bijian adalah bahan pangan yang mempunyai daya tahan tinggi karena tidak mudah rusak saat diangkut dan tahan lama bila disimpan dengan cara yang benar, dan sebelumnya diolah dengan cara yang benar pula. Namun demikian kegagalan dalam penggunaan teknologi pascapanen yang baik dapat menyebabkan terjadinya susut mutu dan susut bobot dalam waktu yang singkat. Sedikitnya ada tiga faktor yang dapat menimbulkan susut pada biji-bijian, baik susut mutu maupun susut bobot, yaitu faktor fisik, faktor biologis, dan faktor fisiologis. Susut yang disebabkan oleh faktor fisik dapat terjadi selama kegiatan panen, perontokan, pengeringan, dan pengangkutan.
Gabah adalah bulir padi. Biasanya mengacu pada bulir padi yang telah dipisahkan dari tangkainya (jerami). Asal kata "gabah" dari bahasa Jawa gabah. Dalam perdagangan komoditas, gabah merupakan tahap yang penting dalam pengolahan padi sebelum dikonsumsi karena perdagangan padi dalam partai besar dilakukan dalam bentuk gabah. Terdapat definisi teknis perdagangan untuk gabah, yaitu hasil tanaman padi yang telah dipisahkan dari tangkainya dengan cara perontokan. Secara anatomi biologi, gabah merupakan buah padi, sekaligus biji. Buah padi bertipe bulir atau caryopsis, sehingga pembedaan bagian buah dan biji sukar dilakukan.
Karena padi/gabah/beras merupakan komoditas vital bagi Indonesia, Pemerintah memberlakukan regulasi harga dalam perdagangan gabah. Muncullah istilah-istilah khusus yang mengacu pada kualitas gabah sebagai referensi penentuan harga:
a.    Gabah Kering Panen (GKP), gabah yang mengandung kadar air lebih besar dari 18% tetapi lebih kecil atau sama dengan 25% (18%<KA<25%), hampa/kotoran lebih besar dari 6% tetapi lebih kecil atau sama dengan 10% (6%<HK<10%), butir hijau/mengapur lebih besar dari 7% tetapi lebih kecil atau sama dengan 10% (7%<HKp<10%), butir kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah maksimal 3%.
b.   Gabah Kering Simpan (GKS), adalah gabah yang mengandung kadar air lebih besar dari 14% tetapi lebih kecil atau sama dengan 18% (14%<KA<18%), kotoran/hampa lebih besar dari 3% tetapi lebih kecil atau sama dengan 6% (3%<HK<6%), butir hijau/mengapur lebih besar dari 5% tetapi lebih kecil atau sama dengan 7% (5%<HKp<7%), butir kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah maksimal 3%.
c.    Gabah Kering Giling (GKG), adalah gabah yang mengandung kadar air maksimal 14%, kotoran/hampa maksimal 3%, butir hijau/mengapur maksimal 5%, butir kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah maksimal 3%.
Penggilingan padi memiliki peran yang sangat penting dalam sistem agribisnis padi/perberasan di Indonesia.  Peranan ini tercermin dari besarnya jumlah penggilingan padi dan sebarannya yang hampir merata di seluruh daerah sentra produksi padi di Indonesia. Penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, pasca panen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga merupakan mata rantai penting dalam suplai beras nasional yang dituntut untuk dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari segi kuantitas maupun  kualitas untuk mendukung ketahanan pangan nasional.
Usaha jasa penggilingan padi umumnya tidak berjalan penuh sepanjang tahun atau bersifat musiman, sebab gabah tidak tersedia sepanjang tahun. Kegiatan usaha jasa penggilingan padi berjalan hanya pada musim panen dan beberapa bulan setelahnya, tergantung pada besarnya hasil panen di wilayah sekitar penggilingan padi berada. Oleh karena itu, hari kerja suatu penggilingan padi dalam setahun ditentukan oleh volume hasil dan frekuensi panen di wilayah sekitarnya. Pada masa-masa di luar musim panen, biasanya pemilik dan pekerja usaha jasa penggilingan padi akan mengisi waktu mereka dengan jenis kegiatan lainnya seperti bertani dan berdagang. Oleh karena itu, banyak di antara pemilik penggilingan padi juga berprofesi sebagai pedagang beras untuk mengisi kekosongan kegiatan penggilingan padi, bila mereka mempunyai modal yang cukup untuk itu. Hal ini tidak menjadi masalah dalam pengembangan desa ekologi.
Standar mesin- mesin yang ada dalam Rice Milling Unit adalah sebagai berikut:
1.      Cleaner (Pembersih Gabah): Mesin pembersih gabah hampa dan kotoran lainnya.
2.      Rice Husker (Pengupas gabah): Mesin pengupas kulit gabah menjadi beras
3.      Paddy Separator (Pemisah Gabah dan Beras): Mesin pemisah beras pecah kulit dari gabah yang tercampur
4.      Rice Polisher (Penyosoh Beras): Berfungsi sebagai pemutih beras akhir. Proses ini biasanya dilakukan hingga 2-3 kali agar didapat hasil yang maksimal.
5.      Rice Grader (Pemisah Menir): Mesin pemisah beras antara beras kepala dari percampuran beras patah. Mesin ini digunakan untuk mendapatkan beras kualitas ekspor/ super.
Dari survey yang telah dilakukan mengenai Rice Milling Unit, maka didapat data seperti ini :
Mesin Penggerak
-          Nama mesin                : AMEC 5110 diesel engine
-          Besar daya                  : 22 Hp
-          Ukuran puli                 : 45 cm
-          RPM puli                     : 2200 rpm
-          Dimensi mesin : 165kg
Mesin RMU
-          Nama                           : Yamamoto Blower Rice Rousher
-          RPM                            : 700-750 rpm
-          Daya                            : 8-10 Hp
-          Kapasitas kerja            : 1 ton/jam  
-          Besar puli                    : 35 cm
-          Tipe mesin                   : N 70


Data produksi RMU pak udi, Jl. Ahmad Yani no.27, dusun sukosari, Jatisari, Jenggawa :
      -     Jumlah tenaga kerja     : 4 orang
      -     Biaya produksi            : Rp 15000 untuk 3 mesin (solar)
            Rice Milling Unit mempunyai sistem transmisi. Untuk sistem transmisi utama yang menghubungkan mesin diesel dan mesin RMU nya menggunakan transmisi tidak langsung yaitu mengunakan sabut atau belt. Sedangkan untuk transmisi yang ada pada RMU menggunakan transmisi V-belt.Pengertian Sistem transmisi itu sendiri, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan  (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda untuk diteruskan ke penggerak akhir. Konversi ini mengubah kecepatan putar yang tinggi menjadi lebih rendah tetapi lebih bertenaga, atau sebaliknya.
            Adapun kendala yang dihadapi dilapang atau saat survey yaitu :
a.    Rice Milling Unit yang harus disurvey adalah tipe Rice Milling Unit yang sudah jarang digunakan. Hal ini dikarenakan masyarakat banyak yang berpindah menggunakan jasa RMU keliling yang labih praktis.
b.   Tidak beroperasinya Rice Milling unit disebabkan bukan musim panen dari gabah itu sendiri.
c.    Didalam melakukan survey atau kunjungan ke suatu perusahaan, pabrik, atau lainnya harus membawa surat pengantar. Hal ini dikarena tugas kita legal (mempunyai ijin) dan dari suatu perguruan tinggi.


BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
            Adapun kesimpulan dari tugas akhir ini yaitu :
·         Beras merupakan bahan pangan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia, baik di kota maupun di pedesaan.
·         Gabah adalah bulir padi. Biasanya mengacu pada bulir padi yang telah dipisahkan dari tangkainya (jerami).
·         Standar mesin- mesin yang ada dalam Rice Milling Unit adalah sebagai berikut: Cleaner, Rice Husker, Paddy Separator, Rice Polisher, dan Rice Grader.
·         Usaha jasa penggilingan padi umumnya tidak berjalan penuh sepanjang tahun atau bersifat musiman, sebab gabah tidak tersedia sepanjang tahun.
·         Beberapa istilah yang mengacu pada kualitas gabah sebagai referensi penentuan harga, yaitu : Gabah Kering Panen (GKP), Gabah Kering Simpan (GKS), dan Gabah Kering Giling (GKG).

4.2 Saran
            Pada pengerjaan tugas akhir sedikit membuat kami sebagai praktikan kesulitan. Hal ini dikarena Rice Milling Unit yang berkapasitas besar dan permanen pada suatu tempat sulit ditemukan. Dan hampir kebanyakan dari tempat tersebut tidak beroperasi dikarena bulan ini bukan musim panen gabah. Diharapkan dengan adanya laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat didalamnya, termasuk yang akan membaca laporan tugas akhir ini. Terima kasih pada semua asisten, teknisi, dan dosen pengampu mata kuliah mesin dan peralatan tanaman pangan yang ikut mendukung kelancaran praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA

Karsyno, F., P. Simatupang, E. Pasandaran dan Sri Adiningsih.  2001. Reformulasi Kebijaksanaan Perberasan Nasional. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian: Balitbang Deptan.

Mudjisihono Rob. dan A. Setyono, 2003. Pengkajian Cara dan Alat Perontokan untuk Menekan Kehilangan Hasil Panen Padi. Balai Pengkajian Teknologi Yogyakarta: unpublished.

Pudjosumarto, M., 1998.Mesin Peralatan Tanaman Pangan. Yogyakarta: Liberty.
Santosa, T., 2002. Memantapkan Swasembada Pangan dan Ketahanan Pangan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta: IP2TP

Simatupang, P., dan M. Syukur, 2002. Dampak Kehilangan Hasil Terhadap Kesejahteraan Sistem Padi. Workshop Kehilangan Hasil Pasca Panen Padi. Yogyakarta.Dirjen Bina Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Pertanian

Sovan, M., 2002. Peranan Penanganan Pasca Panen Untuk Menurunkan Kehilangan Hasil. Jakarta: Makalah pada workshop Kehilangan Hasil Pasca Panen.





Lampiran
  
  
  
   
   
   
 
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar