ENERGI
1. Turunnya jumlah curahan energi manusia
di bidang pertanian.
Keterbatasan tenaga kerja di bidang
pertanian pada masa mendatang
akan terus menurun, karena urbanisasi dan meningkatnya pembangunan di sektor
industri dan jasa. Hal itu seiring dengan menurunnya animo kerja di sektor
pertanian, ter-utama angkatan kerja berusia muda. Hasil penelitian Ananto
(1991) menunjukkan bahwa terjadi penurunan tenaga kerja pada bidang pertanian
di Kabupaten Karawang telah mencapai sekitar 1,52% per tahun. Keterbatasan
tenaga kerja pada sentra padi sawah akan memotivasi petani yang sernula menanam
padi sawah dengan padat tena-ga kerja beralih ke sistem yang hemat tenaga
ker-ja dengan menerapkan sistem tanpa olah tanah (TOT)
(repository.unand.ac.id/2462/1/100-Soni_Isnaini-Pujo_Suwarno.doc).
2. Menanam energi, memanen energi.
Indonesia sebagai salah satu negara tropis yang
memiliki sumberdaya alam yang sangat potensial. Usaha pertanian merupakan usaha
yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena Indonesia
memiliki potensi sumber daya lahan, agroklimat dan sumber daya manusia yang
memadai. Kondisi iklim tropis dengan curah hujan yang cukup, ketersediaan lahan
yang masih luas, serta telah berkembangnya teknologi optimalisasi produksi
dapat mendukung kelayakan pengembangan usaha agribisnis.
Terjadinya krisis energi, khususnya bahan bakar minyak (BBM) yang diinduksi
oleh meningkatnya harga BBM dunia telah membuat Indonesia perlu mencari
sumber-sumber bahan bakar alternatif yang mungkin dikembangkan di Indonesia.
Salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai sumber bahan bakar adalah
tanaman jarak pagar (Jatropha curcas). Selama ini ini tanaman jarak pagar hanya
ditanam sebagai pagar dan tidak diusahakan secara khusus. Secara agronomis,
tanaman jarak pagar ini dapat beradaptasi dengan lahan maupun agroklimat di Indonesia
bahkan tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada kondisi kering (curah hujan
< 500 mm per tahun) maupun pada lahan dengan kesuburan rendah (lahan marjinal
dan lahan kritis). Walaupun tanaman jarak tergolong tanaman yang bandel dan
mudah tumbuh, tetapi ada permasalahan yang dihadapi dalam agribisnis saat ini
yaitu belum adanya varietas atau klon unggul, jumlah ketersediaan benih
terbatas, teknik budidaya yang belum memadai dan sistem pemasaran serta harga
yang belum ada standar.
Luas lahan kritis di Indonesia
lebih dari 20 juta ha, sebagian besar berada di luar kawasan hutan, dengan
pemanfaatan yang belum optimal atau bahkan cenderung ditelantarkan. Dengan
memperhatikan potensi tanaman jarak yang mudah tumbuh, dapat dikembangkan
sebagai sumber bahan penghasil minyak bakar alternatif pada lahan kritis dapat
memberikan harapan baru pengembangan agribisnis. Keuntungan yang diperoleh pada
budidaya tanaman jarak di lahan kritis antara lain (1) menunjang usaha
konservasi lahan, (2) memberikan kesempatan kerja sehingga berimplikasi
meingkatkan penghasilan kepada petani dan (3) memberikan solusi pengadaan
minyak bakar (biofuel) (http://www.indobiofuel.com.php).
3. Produktivitas lahan berhubungan dengan
curahan energi.
Salah satu
kunci keberhasilan bidang pertanian adalah peran sumber daya manusia pelaksana
budidaya komoditas pertanian yang dikenal dengan sebutan “buruh tani”. Dalam
usaha tani khususnya usaha tani padi sawah, peranan petani sangat besar dan
merupakan faktor tertentu betapapun majunya penerapan teknologi modern. Menurut
Vink (1941) jumlah buruh tani adalah 960 jam tenaga per hektar sawah sejak masa
persiapan tanam sampai panen, tetapi pada masa dengan teknik budidaya tanaman
yang lebih maju, curahan tenaga dan waktu bahkan lebih tinggi yaitu 1160 jam
tenaga per hektar sawah dengan rata-rata keluaran (output) 2,2 kilogram beras
per jam tenaga (Trisno, Bambang. Gizi dan
Kemampuan Fisik Sumber Daya Manusia Di Sektor Pertanian. DIGNA Edisi No. 09
Tahun III/1996).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar