Total Tayangan Halaman

Kamis, 23 Februari 2012

resume Energi dan Elektrifikasi


 ENERGI

1.      Turunnya jumlah curahan energi manusia di bidang pertanian.
Keterbatasan tenaga kerja di bidang pertanian pada masa mendatang akan terus menurun, karena urbanisasi dan meningkatnya pembangunan di sektor industri dan jasa. Hal itu seiring dengan menurunnya animo kerja di sektor pertanian, ter-utama angkatan kerja berusia muda. Hasil penelitian Ananto (1991) menunjukkan bahwa terjadi penurunan tenaga kerja pada bidang pertanian di Kabupaten Karawang telah mencapai sekitar 1,52% per tahun. Keterbatasan tenaga kerja pada sentra padi sawah akan memotivasi petani yang sernula menanam padi sawah dengan padat tena-ga kerja beralih ke sistem yang hemat tenaga ker-ja dengan menerapkan sistem tanpa olah tanah (TOT) (repository.unand.ac.id/2462/1/100-Soni_Isnaini-Pujo_Suwarno.doc).
2.      Menanam energi, memanen energi.
Indonesia sebagai salah satu negara tropis yang memiliki sumberdaya alam yang sangat potensial. Usaha pertanian merupakan usaha yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena Indonesia memiliki potensi sumber daya lahan, agroklimat dan sumber daya manusia yang memadai. Kondisi iklim tropis dengan curah hujan yang cukup, ketersediaan lahan yang masih luas, serta telah berkembangnya teknologi optimalisasi produksi dapat mendukung kelayakan pengembangan usaha agribisnis.
Terjadinya krisis energi, khususnya bahan bakar minyak (BBM) yang diinduksi oleh meningkatnya harga BBM dunia telah membuat Indonesia perlu mencari sumber-sumber bahan bakar alternatif yang mungkin dikembangkan di Indonesia. Salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai sumber bahan bakar adalah tanaman jarak pagar (Jatropha curcas). Selama ini ini tanaman jarak pagar hanya ditanam sebagai pagar dan tidak diusahakan secara khusus. Secara agronomis, tanaman jarak pagar ini dapat beradaptasi dengan lahan maupun agroklimat di Indonesia bahkan tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada kondisi kering (curah hujan < 500 mm per tahun) maupun pada lahan dengan kesuburan rendah (lahan marjinal dan lahan kritis). Walaupun tanaman jarak tergolong tanaman yang bandel dan mudah tumbuh, tetapi ada permasalahan yang dihadapi dalam agribisnis saat ini yaitu belum adanya varietas atau klon unggul, jumlah ketersediaan benih terbatas, teknik budidaya yang belum memadai dan sistem pemasaran serta harga yang belum ada standar.
Luas lahan kritis di Indonesia lebih dari 20 juta ha, sebagian besar berada di luar kawasan hutan, dengan pemanfaatan yang belum optimal atau bahkan cenderung ditelantarkan. Dengan memperhatikan potensi tanaman jarak yang mudah tumbuh, dapat dikembangkan sebagai sumber bahan penghasil minyak bakar alternatif pada lahan kritis dapat memberikan harapan baru pengembangan agribisnis. Keuntungan yang diperoleh pada budidaya tanaman jarak di lahan kritis antara lain (1) menunjang usaha konservasi lahan, (2) memberikan kesempatan kerja sehingga berimplikasi meingkatkan penghasilan kepada petani dan (3) memberikan solusi pengadaan minyak bakar (biofuel) (http://www.indobiofuel.com.php).
3.      Produktivitas lahan berhubungan dengan curahan energi.
Salah satu kunci keberhasilan bidang pertanian adalah peran sumber daya manusia pelaksana budidaya komoditas pertanian yang dikenal dengan sebutan “buruh tani”. Dalam usaha tani khususnya usaha tani padi sawah, peranan petani sangat besar dan merupakan faktor tertentu betapapun majunya penerapan teknologi modern. Menurut Vink (1941) jumlah buruh tani adalah 960 jam tenaga per hektar sawah sejak masa persiapan tanam sampai panen, tetapi pada masa dengan teknik budidaya tanaman yang lebih maju, curahan tenaga dan waktu bahkan lebih tinggi yaitu 1160 jam tenaga per hektar sawah dengan rata-rata keluaran (output) 2,2 kilogram beras per jam tenaga (Trisno, Bambang. Gizi dan Kemampuan Fisik Sumber Daya Manusia Di Sektor Pertanian. DIGNA Edisi No. 09 Tahun III/1996).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar