Pengertian
dan Tujuan Pengeringan
Pengeringan adalah proses pengeluaran air atau
pemisahan air dalam jumlah yang relatif kecil dari bahan dengan menggunakan
enersi panas. Hasil dari proses pengeringan adalah bahan kering yang mempunyai
kadar air setara dengan kadar air keseimbangan udara (atmosfir) normal atau
setara dengan nilai aktivitas air (aw) yang aman dari kerusakan mikrobiologis,
enzimatis dan kimiawi. Pengertian proses pengeringan berbeda dengan proses
penguapan (evaporasi). Proses penguapan atau evaporasi adalah proses pemisahan
uap air dalam bentuk murni dari suatu campuran berupa larutan (cairan) yang
mengandung air dalam jumlah yang relatif banyak. Pengeringan merupakan salah
satu proses pengolahan pangan yang sudah lama dikenal. Tujuan dari proses
pengeringan adalah : menurunkan kadar air bahan sehingga bahan menjadi lebih
awet, mengecilkan volume bahan sehingga memudahkan dan menghemat biaya
pengangkutan, pengemasan dan penyimpanan. Di samping itu banyak bahan hasil
pertanian yang hanya digunakan setelah dikeringkan terlebih dahulu seperti
tembakau, kopi, the dan biji-bijian. Meskipun demikian ada kerugian yang
ditimbulkan selama pengeringan yaitu terjadinya perubahan sifat fisik dan
kimiawi bahan serta terjadinya penurunan mutu bahan.
Prinsip
Dasar Pengeringan
Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut
proses pindah panas dan pindah massa yang terjadi secara bersamaan (simultan).
Pertama-tama panas harus ditransfer dari medium pemanas ke bahan. Selanjutnya
setelah terjadi penguapan air, uap air yang terbentuk harus dipindahkan melalui
struktur bahan ke medium sekitarnya. Proses ini akan menyangkut aliran fluida
di mana cairan harus ditransfer melalui struktur bahan selama proses
pengeringan berlangsung. Jadi panas harus disediakan untuk menguapkan air dan
air harus mendifusi melalui berbagai macam tahanan agar supaya dapat lepas dari
bahan dan berbentuk uap air yang bebas. Lama proses pengeringan tergantung pada
bahan yang dikeringkan dan cara pemanasan yang digunakan. Dengan sangat
terbatasnya kadar air pada bahan yang telah dikeringkan, maka enzim-enzim yang
ada pada bahan menjadi tidak aktif dan mikroorganisme yang ada pada bahan tidak
dapat tumbuh.
Pertumbuhan mikroorganisme dapat dihambat, bahkan
beberapa jenis dimatikan karena mikroorganisme seperti umumnya jasad hidup yang
lain membutuhkan air untuk proses metabolismenya. Mikroorganisme hanya dapat
hidup dan melangsungkan pertumbuhannya pada bahan dengan kadar air tertentu.
Walaupun setelah proses pengeringan secara fisik masih terdapat (tersisa)
molekul-molekul air yang terikat, tetapi molekul air tersebut tidak dapat
dipergunakan oleh mikrooganisme. Di samping itu enzim tidak mungkin aktif pada
bahan yang sudah dikeringkan, karena reaksi biokimia memerlukan air sebagai medianya.
Berdasarkan hal tersebut, berarti kalau kita bermaksud mengawetkan bahan
melalui proses pengeringan, maka harus diusahakan
kadar air yang tertinggal tidak mungkin dipakai
untuk aktivitas enzim dan mikroorganisme.
PENGERIINGAN,PENDIINGIINAN DAN PENGEMASAN
KOMODIITAS PERTANIIAN. Dr. Obin Rachmawan, Ir., MS/ DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL. JAKARTA. 2001
Faktor-faktor
yang Berpengaruh Dalam Proses Pengeringan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan dapat
digolongkan menjadidua yaitu : faktor yang berhubungan dengan sifat bahan yang
dikeringkanatau disebut faktor internal (ukuran bahan, kadar air awal dari
bahan dantekanan parsial di dalam bahan) dan faktor yang berhubungan dengan
udarapengering atau disebut sebagai faktor eksternal (suhu, kelembaban dankecepatan
volumetrik aliran udara pengering).
Makin tinggi suhu dan kecepatan aliran udara
pengering makin cepat pulaproses pengeringan berlangsung. Makin tinggi suhu
udara pengering, makinbesar enersi panas yang dibawa udara sehingga makin
banyak jumlahmassa cairan yang diuapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan.
Jikakecepatan aliran udara pengering makin tinggi maka makin cepat massa uapair
yang dipindahkan dari bahan ke atmosfir. Kelembaban udaraberpengaruh terhadap
proses pemindahan uap air. Pada kelembaban udaratinggi, perbedaan tekanan uap
air di dalam dan di luar bahan kecil, sehinggapemindahan uap air dari dalam
bahan ke luar terhambat.
Kita mengetahui bahwa proses pengeringan di sini
sangat penting untuk memperpanjang umur simpan, karena kadar air yang terdapat
di dalam kedelai sangat tinggi, maka penundaan pengeringan akan menyebabkan
kerusakan.Tujuan pengeringan adalah untuk menurunkan kadar air, memperpanjang
daya simpan dan memperbaiki mutu kedelai
2.Pengeringan dengan alat pengeringan mekanis.
Pengeringan dengan cara mekanis ini dapat dilakukan
bila tidak ada sinar matahari/hujan turun terus menerus. Alat pengeringan
mekanis terdiri dari 2 jenis, yaitu:
• Alat pengeringan dengan omprongan
Alat ini digunakan untuk mengeringkan kedelai
bentuk brangkasan, kedelai diletakkan di atas para-para yang dialasi dengan
“rege” (yaitu sejenis anyaman bambu dengan lobang-lobang sekitar 1 cm persegi)
untuk mempercepat pengeringan dapat diberikan api sekam di bawahnya atau
menggunakan bahan bakar briket arang sekam. Pengeringan dilakukan sampai siap
rontok yaitu bila kadar air sudah mencapai lebih kurang 18 %.
• Alat pengeringan tipe kotakMisalnya pengeringan
kompor petromaks yaitu menggunakan panas dari kompor tekan yang dihembuskan
dengan kipas angin. Pengeringan ini lebih efisien bila digunakan untuk
mengeringkan kedelai dalam bentuk polong atau biji.
Di Indonesia, pengeringan biji-bijian dengan
menggunakan alat pengering belum lazim digunakan. Kalaupun ada, masih sangat
terbatas penggunaannya. Metode pengeringan buatan yang telah dikembangkan dan
diujicobakan antara lain adalah alat pengering surya (solar dryer), alat
pengering tungku dan alat pengering tenaga listrik.
Beberapa jenis alat pengering yang dapat digunakan
antara lain adalah : Flat Bed-type Dryer, Upright-Type Forced Air Dryer,
Circulation Dryer, dan Continuous Flow Dryer. Sebagaimana dikemukakan terdahulu
bahwa penggunaan alat pengering buatan adalah untuk menghindari kelemahan-kelemahan
yang diakibatkan oleh metode pengeringan alami (penjemuran).
Pada dasarnya, metode pengeringan buatan dilakukan
melalui pemberian panas yang relatif konstan terhadap bahan pangan atau
biji-bijian, sehingga proses pengeringan dapat berlangsung dengan cepat dengan
hasil yang maksimal. Dengan pengeringan buatan diharapkan kandungan air
mula-mula sekitar 30 % akan turun sedemikian rupa hingga mencapai kadar air 12
– 16 %. Pada kadar air tersebut, gabah telah cukup siap untuk pengolahan lebih lanjut
(penggilingan) ataupun telah cukup aman dalam penyimpanan.
Pengeringan buatan atau pengeringan mekanis dapat
dilakukan dengan dua metode yaitu :
a. Pengeringan kontinyu/berkesinambungan
(continuous drying), dimana pemasukan dan pengeluaran bahan berjalan terus
menerus.
b. Pengeringan tumpukan (batch drying), bahan masuk
ke alat pengering sampai pengeluaran hasil kering, kemudian baru dimasukkan
bahan berikutnya.
Pada metode berkesinambungan, bahan bergerak
melalui ruang pengering dan mengalami
kontak dengan udara panas secara paralel atau
berlawanan. Pada metode tumpukan terdapat tiga jenis yaitu :
1.
Pengeringan langsung (direct drying), bahan yang dikeringkan langsung
berhubungan dengan udara yang dipanaskan.
2.
Pengeringan tidak langsung (indirect drying), udara panas berhubungan dengan
bahan melalui perantara, umumnya berupa dinding-dinding atau tempat meletakkan
bahan. Bahan akan kontak dengan panas secara konduksi.
3.
Pengeringan beku (freeze drying), dalam hal ini bahan ditempatkan pada tempat
hampa udara, lalu dialiri udara yang sangat dingin melalui saluran udara
sehingga air bahan mengalami sublimasi yang kemudian dipompa ke luar ruang
pendingin.
Marsetio, Ir.,MS. http://dianape.wordpress.com/2011/03/17/pengeringan-pangan/
Bahan pangan kering matahari dan kering buatan
adalah lebih pekat dari pada setiap bahan pangan awetan yang lain, sehingga :
1. Biaya produksi lebih murah
2. Diperlukan tenaga yang lebih sedikit
3. Kebutuhan ruang penyimpanan dan pengangkutan
bahan pangan kering minimal
4. Besarnya biaya distribusi berkurang
2.1.3 Keuntungan dan Kelemahan Teknik Pengeringan
Keuntungan pengeringan :
- Bahan menjadi lebih tahan lama disimpan
- Volume bahan menjadi kecil
- Mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan
- Mempermudah transport
- Biaya produksi menjadi murah
Kerugian pengeringan
- Sifat asal bahan yang dikeringkan berubah (bentuk
dan penampakan fisik, penurunan mutu, dll)
- Perlu pekerjaan tambahan untuk menghindari di
atas
Pengeringan dengan menggunakan alat pengering
dimana suhu, kelembaban udara, kecepatan udara dan waktu dapat diatur dan
diawasi.
Keuntungan :
- Tidak tergantung cuaca
- Kapasitas pengeringan dapat dipilih sesuai dengan
yang diperlukan
- Tidak memerlukan tempat yang luas
- Kondisi pengeringan dapat dikontrol
- Panen dapat dilakukan lebih awal
- Masa simpan menjadi lama
- Pekerjaan menjadi lebih mudah
- Dapat meningkatkan nilai ekonomis bahan
Selain itu, keuntungan pengeringan secara mekanis
adalah :
1. Memungkinkan
pengeringan dilakukan di sembarang waktu tanpa terikat musim tertentu, walaupun
hari mendung/hujan, pengeringan masih dapat dilakukan.
2. Luas areal yang dibutuhkan
untuk pengeringan dapat dikurangi, misalnya dengan memperbanyak rak-rak
pengering.
3. Pengaturan suhu
dapat lebih mudah sehingga dapat disesuaikan dengan karakteristik bahan yang
dikeringkan
Pada proses pengeringan selalu diinginkan kecepatan
pengeringan yang maksimal. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha–usaha untuk
mempercepat pindah panas dan pindah massa (pindah massa dalam hal ini
perpindahan air keluar dari bahan yang dikeringkan dalam proses pengeringan
tersebut). Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk memperoleh
keepatan pengeringan maksimum, yaitu :
1. Luas permukaan
Semakin luas permukaan bahan yang dikeringkan, maka
akan semakin cepat bahan menjadi kering. Biasanya bahan yang akan dikeringkan
dipotong– potong untuk mempercepat pengeringan.
2. Suhu
Semakin besar perbedaan suhu (antara medium pemanas
dengan bahan yang dikeringkan), maka akan semakin cepat proses pindah panas
berlangsung sehingga mengakibatkan proses penguapan semakin cepat pula. Atau
semakin tinggi suhu udara pengering, maka akan semakin besar energi panas yang
dibawa ke udara yang akan menyebabkan proses pindah panas semakin cepat
sehingga pindah massa akan berlangsung juga dengan cepat.
3. Kecepatan udara
Umumnya udara yang bergerak akan lebih banyak
mengambil uap air dari permukaan bahan yang akan dikeringkan. Udara yang
bergerak adalah udara yang mempunyai kecepatan gerak yang tinggi yang berguna
untuk mengambil uap air dan menghilangkan uap air dari permukaan bahan yang
dikeringkan.
4. Kelembaban udara
Semakin lembab udara di dalam ruang pengering dan
sekitarnya, maka akan semakin lama proses pengeringan berlangsung kering,
begitu juga sebaliknya. Karena udara kering dapat mengabsorpsi dan menahan uap
air. Setiap bahan khususnya bahan pangan mempunyai keseimbangan kelembaban
udara masing–masing, yaitu kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak
akan kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari
atmosfir.
5. Tekanan atm dan vakum
Pada tekanan udara atmosfir 760 Hg (=1 atm), air
akan mendidih pada suhu 100oC. Pada tekanan udara lebih rendah dari 1 atmosfir
air akan mendidih pada suhu lebih rendah dari 100oC.
P 760 Hg = 1 atrm air mendidih 100oC
P udara < 1 atm air mendidih < 100oC
Tekanan (P) rendah dan suhu (T) rendah cocok untuk
bahan yang sensitif terhadap panas , contohnya : pengeringan beku (freeze
drying)
6. Waktu
Semakin lama waktu (batas tertentu) pengeringan,
maka semakin cepat proses pengeringan selesai. Dalam pengeringan diterapkan
konsep HTST (High Temperature Short Time), Short time dapat menekan biaya pengeringan.
Universitas Sumatera Utara.
thanks
BalasHapusthanks.. sangat membantu ^_^
BalasHapusThnx,,,laen kali jan panjang" ok:v
Hapusthanks materinya.
BalasHapustrima kasih, sangat bermanfaat
BalasHapusThank.memberikan informasi bermanfaat
BalasHapusThank.memberikan informasi bermanfaat
BalasHapusTerima kasih saya sanghek macana
BalasHapus