Indikator Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah bisa
diukur berdasarkan beberapa indikator kesuburan tanah. Beberapa indikator
kesuburan tanah yang biasa digunakan oleh para ahli tanah antara lain adalah :
kapasitas absorbsi, tingkat kejenuhan basa, kandungan liat dan kandungan bahan
organik. Selanjutnya akan diuraikan dibawah ini :
1.
Kapasitas Absorbsi
Kapasitas
Absorbsi dihitung dengan milli equivalent, adalah kemampuan tanah untuk
mengikat/menarik suatu kation oleh partikel-partikel kolloid tanah (partikel
kolloid itu terdiri dari liat dan organik), dan ini secara langsung
mencerminkan kemampuan tanah melakukan aktifitas pertukaran hara dalam bentuk
kation. Semakin tinggi nilai kapasitas absorbsi, maka tanah dikatakan
kesuburannya semakin baik, yang biasanya susunan kationnya didominasi oleh
unsur K (Kalium), Ca (Calsium) dan Mg (Magnesium), sehingga nilai pH tanah
normal (berkisar 6,5).
2. Kejenuhan
Basa
Nilainya dalam
bentuk persen, mencerminkan akumulasi susunan kation. Peningkatan nilai persen
kejenuhan basa mencerminkan semakin tingginya kandungan basa-basa tanah pada
posisi nilai pH tanah yang menyebabkan nilai kesuburan kimiawi optimal secara
menyeluruh. Nilai kesuburan kimiawi secara sederhana dicermnkan oleh nilai pH,
karena nilai pH akan mampu mempengaruhi dan mencerminkan aktifitas kimiawi
sekaligus aktifitas biologis dan kondisi fisik di dalam tanah.
3. Kandungan
liat
Merupakan ukuran
kandungan partikel kolloid tanah. Partikel dengan ukuran ini (kolloid) akan
mempunyai luas permukaan dan ruang pori tinggi sehingga mempunyai kemampuan
absorbsi juga tinggi serta diikuti kemampuan saling tukar yang tinggi pula
diantara partikel kolloid. Kemampuan absorbsi ini bisa untuk air maupun zat
hara, sehingga menjadi cermin peningkatan kesuburan tanah. Namun jika kandungan
liat pada komposisi dominan atau tinggi menjadi tidak ideal untuk budidaya
maupun pengolahan tanah. Kandungan liat yang tinggi menyebabkan perkolasi,
inlfiltrasi, permeabilitas, aerasi tanah menjadi lebih rendah sehingga
menyulitkan peredaran air dan udara.
4. Bahan
organik
Kandungan bahan
organik merupakan indikator paling penting dan menjadi kunci dinamika kesuburan
tanah. Bahan organik mempunyai peran yang multifungsi, yaitu mampu merubah
sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah. Selain itu bahan organik juga
mampu berperan mengaktifkan persenyawaan yang ditimbulkan dari dinamikanya
sebagai ZPT (zat pengatur tumbuh), sumber Enzim (katalisator reaksi-reaksi
persenyawaan dalam metabolisme kehidupan) dan Biocide (obat pembasmi penyakit
dan hama dari bahan organik).
Bahan organik
dikatakan mampu merubah sifat fisik tanah, karena kondisi fisik tanah yang
keras/liat (pejal) akan dapat berubah menjadi tanah yang gembur oleh adanya
bahan organik. Akibatnya porositas dan permeabilitas tanah semakin baik
sehingga aerasi udara meningkat, ini bermanfaat untuk menghindari kejenuhan air
yang menyebabkan kebusukan akar.
Demikian pula
bila kondisi sebaliknya, yaitu kondisi tanah yang lepas (sangat berpasir), maka
fisik tanah dapat dibuat menjadi kompak, karena agregasi meningkat oleh adanya
bahan organik. Ruang pori tanah juga meningkat, akibatnya kemampuan tanah dalam
menyimpan air dan menyediakan ruang udara akan semakin proporsional (baik). Hal
ni bermanfaat untuk menghindarkan tekanan kekeringan pada perakaran.
Bahan organik
juga dapat merubah sifat kimia tanah, yaitu melalui proses dekomposisi yang
dilakukan oleh mikroba yang memang selalu menempel pada bahan organik. Proses
dekomposisi akan melepaskan zat-zat hara ke dalam larutan di dalam tanah dan
juga menjadikan bahan organik menjadi bentuk yang lebih sederhana dan bersifat
koloid. Kondisi ini akan meningkatkan kemampuan absorbsi tanah yang berkaitan
juga dengan kapasitas tukar kation (KTK) tanah karena meningkatnya luas
permukaan partikel tanah. Hal ini menjadikan tanah mempunyai kemampuan
menyimpan unsur-unsur hara yang semakin baik, mengurangi penguapan Nitrogen,
maupun pencucian hara-hara kation lain. Pada saatnya berarti pula meningkatkan kapasitas
tanah untuk melepas hara kation bagi kebutuhan tanaman, baik melalui proses
pertukaran secara langsung maupun pasif oleh proses difusi.
Selain itu Bahan organik juga bisa merubah sifat
biologi tanah dengan meningkatkan populasi mikroba di dalam tanah. Populasi
mikroba yang meningkat (baik jenis dan jumlahnya) menyebabkan dinamika tanah
akan semakin baik dan menjadi sehat alami. Peningkatan mikroba (khususnya fungi
bermiselia seperti micorhiza, dll) akan meningkatkan kemantapan agregasi
partikel-partikel penyusun tanah. Mikroba dan miselianya, yang berupa
benang-benang, akan berfungsi sebagai perajut/ perekat/glue antar partikel
tanah. Dengan demikian menyebabkan struktur tanah menjadi lebih baik karena
ketahanannya menghadapi tekanan erodibilitas (perusakan) tanah.
Peningkatan Kesuburan Tanah
Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung
sejumlah faktor pembentuk tanah yang merajai di lokasi tersebut, yaitu: bahan
induk, iklim, relief, organisme, atau waktu. Tanah merupakan fokus utama dalam
pembahasan ilmu kesuburan tanah, sedangkan kinerja tanaman merupakan indikator
utama mutu kesuburan tanah. Kesuburan tanah merupakan mutu tanah untuk bercocok
tanam, yang ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi
bagian tubuh tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman.
Urgensi peningkatan kesuburan tanah :
1. Perkembangan produksi dan konsumsi
kayu.
2. Kendala status kesuburan tanah
3. Pertimbangan ekonomis
4. Pendayagunaan tanah bagi usaha tani
5. Pengikisan sub-soil
6. Pencemaran lingkungan
7. Bencana Alam
Aryantha (2002) menjelaskan ada tiga konsep untuk
memperbaiki kesuburan tanah yaitu yang berwawasan lingkungan atau berkelanjutan
adalah Low External Input Agriculture (LEIA) dan Low External Input Sustainable
Agriculture (LEISA), dan pertanian modren yang tergantung dengan bahan kimia
adalah High External Input Agriculture (HEIA)
LEIA adalah sistem yang memanfaatkan sumberdaya lokal yang
sangat intensif dengan sedikit atau sama sekali tidak menggunakan masukan dari
luar sehingga tidak terjadi kerusakan sumberdaya alam. Pendauran hara di dalam
usahatani dengan sumber-sumber yang berasal dari luar usaha tani. Kegiatan ini
berguna untuk menambahkan hara kepada tanah dari luar usaha tani. Bahan-bahan
yang digunakan: sampah, kompos, limbah, dll. Pendauran hara di dalam usaha tani
dengan sumber-sumber yang berasal dari usaha tani itu sendiri. Pendauran ini
dapat dilewatkan dengan ternak atau pengembalian sisa-sisa biomassa hasil
panen. Cara ini tidak menambahkan hara kepada tanah, tetapi hanya mengembalikan
hara yang tidak terangkut ke luar bersama dengan hasil panen . Pendauran hara
di dalam petak pertanaman. Kegiatan ini biasanya melibatkan tanaman legum
(cover crop) untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan N pada tanaman pokok.
HEIA adalah sistem pertanian yang menggunakan masukan dari
luar (secara berlebihan). Umumnya berupa bahan-bahan agrokimia konvensional
yang memang disengaja dibuat untuk input produksi. Sistem ini sangat tergantung
senyawa kimia sintetis (pupuk, pestisida, zat pengatur tumbuh). Dapat
berpengaruh buruh pada keseimbangan lingkungan dan kesehatan manusia
LEISA adalah Pertanian dengan masukan rendah tetapi
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam (tanah, air, tumbuhan dan hewan),
manusia (tenaga, pengetahuan dan keterampilan) yang tersedia ditempat dan layak
secara ekonomis, mantap secara ekologis, adil secara sosial dan sesuai dengan
budaya lokal. Ciri-ciri sitem ini (a) berusaha mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya lokal dengan mengkombinasikan berbagai komponen sistem usahatani
(tanaman, hewan, tanah, air, iklim dan manusia) sehingga saling melengkapi dan
memberikan efek sinergi yang luar biasa,(b) berusaha mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya lokal dengan mengkombinasikan berbagai komponen sistem usahatani
(tanaman, hewan, tanah, air, iklim dan manusia) sehingga saling melengkapi dan
memberikan efek sinergi yang luar biasa.
Prinsip dasar LEISA adalah menjamin kondisi tanah yang
mendukung pertumbuhan tanaman, khususnya dengan mengelola bahan organik dan
meningkatkan kehidupan mikroorganisme di dalam tanah (soil regenerator),
mengoptimalkan ketersediaan dan menyeimbangkan aliran unsur hara, khususnya
melalui penambatan Nitrogen, pendaur ulangan unsur hara dan pemanfaatan pupuk
luar sebagai pelengkap,, meminimalkan kerugian sebagai akibat radiasi matahari,
udara dan air dengan pengelolaan iklim mikro, pengelolaan air dan pengendalian
erosi, saling melengkapi dan sinergi dalam penggunaan sumberdaya genetik yang
mencakup penggabungan dalam sistem pertanian terpadu dengan tingkat
keanekaragaman fungisonal tinggi .
DAFTAR
PUSTAKA
Aryantha.
2002. Development of Sustainable Agricultural
System, One day Discussion on The minimization of Fertilizer Usage,
Menristek-BPPT, 6th May 2002, Jakarta.
Foth, Henry D. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta : UGM
PressMas’ud. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa,
Bandung.
Novizan,
2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif.
Jakarta : PT. Agromedia Pustaka,
Soil
Survey Staff. 1998. Kunci Taksonomi
Tanah. Edisi Kedua Bahasa Indonesia, 1999. Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Sutejo.M.M, 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta:
Rineka Cipta.